Monday, March 2, 2015

Peluang Bisnis Yang Timbul Akibat Pabrik General Motor Bekasi Tutup

Pengamat otomotif Dasep Ahmadi mengatakan, keputusan General Motors untuk menutup pabriknya di Bekasi seharusnya menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk mengembangkan produk mobil dalam negeri, khususnya mobil listrik. Menurut Dasep, pasar mobil murah seharusnya diambil oleh produsen dalam negeri. Hal ini sudah dilakukan oleh beberapa negara Asia, seperti Cina dan India. “Kalau mobil mahal biar diambil produsen luar negeri,” kata Dasep saat dihubungi Senin 2 Maret 2015. Pemerintah India dan Cina, kata Dasep yang juga salah satu pencipta mobil listrik ini, bahkan melindungi pasar mobil murah agar tidak diambil oleh produsen luar negeri.

General Motors mulai beroperasi di Indonesia sejak 1995. Produsen mobil Chevrolet Spin ini sempat berhenti beroperasi pada 2005 dan kembali beroperasi pada Mei 2013. Rencananya mereka akan berhenti beroperasi pada Juni mendatang. Perusahaan ini akan berubah menjadi perusahaan distribusi.

Dasep mengatakan, salah satu produksi dalam negeri yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah adalah mobil listrik. Walaupun secara biaya produksi lebih tinggi, namun mobil listrik diklaim hemat bahan bakar dan perawatan hingga 30 persen. Tak hanya berpotensi di dalam negeri, mobil listrik juga bisa dijadikan sebagai komoditas ekspor. Apalagi saat ini, pasar mobil listrik masih terbuka lebar. Hingga saat ini, jumlah mobil listrik yang ada di pasar global hanya sekitar 200 ribu unit per tahun.

Namun pengembangan mobil listrik dalam negeri selama ini terkendala masalah pendanaan. Dia membandingkan pemerintah Amerika yang mendukung penuh pengembangan mobil listrik. Walaupun terhitung baru, namun dalam setahun Amerika bisa memproduksi hingga 25 ribu unit. Rencana General Motors yang akan menyasar pasar mobil murah dinilai tidak tepat. Pengamat Otomotif Dasep Ahmadi mengatakan, 

General Motors salah mengambil strategi bersaing di Indonesia. Seharusnya, pabrikan asal Amerika tersebut tak mengambil pasar mobil murah. Menurut Dasep, pasar mobil murah di Indonesia sudah terlanjur dikuasai produsen asal Jepang. "Mereka sudah telat," kata Dasep, saat dihubungi Tempo, Senin, 2 Maret 2015. Sebagai salah satu produsen di tingkat global, GM harusnya menyasar mobil high class layaknya pabrikan asal Amerika dan Eropa lainnya.

Saat ini, kata Dasep, kisaran harga mobil produksi GM di bawah Rp 500 juta per unit. Selain sudah kalah bersaing, margin keuntungan yang didapatkan dengan mengambil segmen mobil murah juga kecil. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menganggap langkah General Motors menutup pabriknya di Bekasi adalah hal yang wajar. Menurut dia, persaingan otomotif di Indonesia sangat ketat. ‎"Mungkin mereka kalah dengan produk Jepang dan Korea," kata Sofyan, usai melakukan rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 27 Februari 2015.

General Motors mulai beroperasi di Indonesia sejak 1995. Produsen mobil Chevrolet Spin ini sempat berhenti beroperasi pada 2005 dan kembali beroperasi pada Mei 2013. Rencananya mereka akan berhenti beroperasi pada Juni mendatang. Perusahaan ini akan berubah menjadi perusahaan distribusi.

Tak hanya itu, sebab lain dari kegagalan GM bersaing di Indonesia adalah kondisi keuangan pabrikan pusatnya di Amerika. Bahkan karena adanya masalah keuangan, pemerintah Amerika mengucurkan bantuan US$ 20 miliar. Menurut Dasep, kualitas mobil keluaran General Motors tidaklah buruk. Chevrolet Spin misalnya, kata Dasep, banyak konsumen yang mengaku puas dengan mobil tersebut.

Perubahan GM dari produsen menjadi distributor juga dianggap tak menjamin kinerjanya akan membaik. “Syarat utamanya, GM harus mengubah sasaran pasarnya menjadi high class.”

No comments:

Post a Comment