Wednesday, March 11, 2015

Rupiah Kembali Anjlok Ke 13.200 Sedangkan Bath, Rupee dan Dolar Singapura Makin Jaya

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) masih perkasa terhadap mayoritas mata uang negara-negara Asia. Tapi tak semua mata uang regional bertekuk lutut di hadapan dolar AS hari ini. Rupiah sendiri tak berdaya di hadapan dolar AS yang hingga siang hari tadi sudah mencapai titik tertinggi di Rp 13.230. Hingga pukul 14.15 WIB, dolar AS sedikit melandai ke Rp 13.185. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga ...

Namun mengutip data perdagangan Reuters, Rabu (11/3/2015), ada mata uang yang berhasil menguat terhadap dolar AS hari ini. Berikut daftarnya.
  • Dolar Singapura setara 1,3 per dolar AS, menguat 0,38%
  • Baht Thailand setara 32,66 per dolar AS, menguat 0,18%
  • Rupee India setara 62,76 per dolar AS, menguat 0,01%
Sementara mata uang yang melemah terhadap dolar AS antara lain:
  • Yen Jepang setara 121,34 per dolar AS, melemah 0,16%
  • Dolar Taiwan setara 31,603 per dolar AS, melemah 0,12%
  • Won Korea Selatan setara 1.126,65 per dolar AS, melemah 0,36%
  • Peso Filipina setara 44,36 per dolar AS, melemah 0,20%
  • Rupiah Indonesia setara 13.150 per dolar AS, melemah 0,47%
  • Ringgit Malaysia setara 3,712 per dolar AS, melemah 0,24%
  • Yuan China setara 6,26 per dolar AS, melemah 0,01%
Dolar AS hari ini menembus level tertingginya di Rp 13.230.  Pergerakan mata uang biasa dipengaruhi beberapa hal, mulai dari sentimen pasar, hiruk pikuk informasi, hingga fundamental ekonomi. Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution mengatakan, baik pemerintah atau BI harus konsisten dalam melakukan kebijakan untuk menjinakkan nilai tukar.

"Begini, kurs itu ada yang dipengaruhi oleh sentimen pasar, hiruk-pikuk info, ada yang disebabkan oleh fundamental. Yang penting dilakukan itu dengan konsisten, itu tidak sekadar mengintervensi pasar, tapi dalam bentuk pembelian SUN (Surat Utang Negara). Diperlukan beberapa kebijakan untuk kurs itu, tanya Gubernur BI," kata Darmin.

"Saya susah mengomentari itu, saya kan bekas Gubernur BI," ucap Darmin, usai acara diskusi Ekosistem Kewirausahaan di Mandiri Club, Jalan Mataram 1 No 3 Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (11/3/2015). Soal penguatan dolar AS di dunia saat ini, Darmin mengatakan, ada sentimen di pasar keuangan luar negeri soal bangkitnya perekonomian AS pasca krisis di 2008 lalu. Membaiknya ekonomi AS ini menimbulkan spekulasi, bank sentral AS yaitu The Fed, bakal menaikkan bunga acuannya lebih cepat.

"Ada persoalan ekspektasi di pasar, ekonomi AS membaik, itu membuat orang memprediksi, ntar bunganya AS naik, di sini juga mesti baik. Sekarang saja sudah Rp 13.000 masih terus saja tidak berubah," kata Darmin. Mantan Dirjen Pajak ini juga menegaskan, fundamental perekonomian suatu negara juga bisa mempengaruhi gerak mata uang negara itu sendiri. Saat fundamental tidak kuat, hempasan sentimen luar akan dengan mudah mempengaruhi kondisi perekonomian saat ini.

No comments:

Post a Comment