"Ancaman gagal bayar ini bisa berlanjut sampai enam bulan ke depan, kecuali ada perubahan situasi yang drastis," kata S&P seperti dikutip Reuters, Selasa (30/6/2015). Siapa yang rugi jika Yunani akhirnya keluar dari Uni Eropa? Imbasnya akan terasa hingga ke ekonomi negara-negara berkembang. Namun yang paling dirugikan adalah rakyat Yunani sendiri. Jika Yunani sampai keluar dari Uni Eropa, maka uang yang digunakan tak lagi euro melainkan balik ke drachma. Nilai tukar drachma dipastikan akan sangat rendah dibandingkan euro dan dolar AS.
Ekonomi Yunani bakal hancur karena harus menambal utang senilai 340 miliar euro (Rp 5.000 triliun) sendirian. Pemegang utang Yunani tersebar di negara-negara Uni Eropa. Selain itu nilai aset (properti, saham, dan lain-lain) akan anjlok, inflasi melambung, dan pengangguran di mana-mana, mirip seperti Indonesia saat krisis ekonomi (krismon) 1998 silam.
Dengan produk domestik bruto (PDB) US$ 242 miliar dan utang yang menggunung, jatuhnya Yunani diprediksi tidak akan sampai menyeret Uni Eropa masuk resesi. Yunani terancam bangkrut karena tak punya uang buat bayar utang. Sebenarnya Yunani bisa lolos dari ancaman kebangkrutan ini, tapi ada syaratnya. Negara Dewa-Dewi itu Selasa 30 Juni 2015 ini harus membayar utang sebesar 1,54 miliar euro (Rp 22 triliun) ke International Monetary Fund (IMF). Kuartal berikutnya sampai akhir tahun masih ada utang-utang yang harus dibayar Yunani.
Total utangnya sendiri mencapai 340 miliar euro yang didapat dari banyak bank di Uni Eropa, IMF, dan Bank Sentral Eropa alias Europan Central Bank (ECB). Para krediturnya ini diberi julukan Troika. Pemerintah Yunani yang dipimpin Perdana Menteri Alexis Tsipras sudah mengaku tak sanggup bayar karena tak punya uang. Nah, Troika sudah menawarkan bantuan untuk lunasi utangnya tahun ini dengan memberi utang baru senilai 7,2 miliar euro (Rp 108 triliun).
Dana bantuan ini menjadi satu-satunya harapan Yunani untuk bisa melunasi utang lamanya. Tentunya dana bantuan ini tidak gratis alias ada syaratnya. Troika hanya meminta Yunani mereformasi ekonomi, caranya dengan memangkas anggaran pemerintah yang selama ini terbebani oleh besarnya dana pensiun pegawai negeri sipil (PNS) dan menaikkan pajak.
"Jika orang-orang Yunani ingin bergerak maju dengan penghematan (menyetujui syarat yang diajukan kreditur), orang-orang muda akan banyak pindah ke luar negeri dalam jumlah ribuan, ini akan menciptakan pengangguran, dan jika warga menyetujui program baru, pinjaman baru, jika itu adalah pilihan mereka kami akan menghormatinya, tapi kami tidak akan melaksanakannya," ujar Tsipras dalam sebuah wawancara dengan TV lokal seperti dikutip dari CNN, Selasa (30/6/2015).
Meski utangnya jatuh tempo hari ini, Yunani baru akan melakukan voting atas syarat Troika ini Sabtu 5 Juli 2015. Yunani tampaknya belum bisa mengambil sikap atas penyelesaian utang 1,54 miliar euro (Rp 22 triliun) kepada International Monetary Fund (IMF). Utang ini jatuh tempo tepat hari ini, 30 Juni 2015. Sebenarnya, Yunani bisa saja terlepas dari ancaman bangkrut jika bersedia menerima pinjaman kembali dari para kreditur yang tergabung dalam Troika, yaitu Uni Eropa, European Central Bank (ECB/Bank Sentral Eropa), dan IMF.
Troika ini bersedia memberikan bantuan hingga 7,2 miliar euro (Rp 108 triliun) untuk menutupi utang tersebut sampai akhir tahun ini dengan syarat tertentu, di antaranya Yunani diminta memangkas anggaran, terutama dana pensiun PNS, hingga menaikkan pajak. Sayangnya, Tsipras masih akan mengandalkan referendum yang akan digelar pada 5 Juli mendatang. Tsipras meminta jawaban dari rakyat Yunani menerima atau menolak syarat yang diajukan kreditur. Ini sekaligus akan menentukan Yunani apakah akan tetap berada di zona Eropa.
Meski demikian, Tsipras kemungkinan akan mundur jika warga tidak menerima keputusannya untuk tetap menolak utang baru. Sementara itu, para pemimpin Eropa dengan jelas menyebutkan, mereka belum bisa menyelamatkan Yunani dari kekacauan ekonomi, ini menjadi semacam 'gempa' politik di Athena.
Wacana pengunduran diri oleh Tsipras bisa menjadi peristiwa besar. Pada Senin malam di Athena, Tsipras memberikan sinyal kuat untuk mundur dari jabatannya jika hasil dari referendum nanti bertentangan dengan keputusannya. "Jika orang-orang Yunani ingin bergerak maju dengan penghematan (menyetujui syarat yang diajukan kreditur), orang-orang muda akan banyak pindah ke luar negeri dalam jumlah ribuan, ini akan menciptakan pengangguran, dan jika warga menyetujui program baru, pinjaman baru, jika itu adalah pilihan mereka kami akan menghormatinya, tapi kami tidak akan melaksanakannya," ujar Tsipras dalam sebuah wawancara dengan TV Yunani seperti dikutip dari cnn.com, Selasa (30/6/2015).
"Saya mengatakan bahwa saya tidak bisa menjadi perdana menteri dengan keadaan ini," katanya. Sejak Senin, bank-bank di Yunani telah ditutup untuk mencegah penarikan uang secara besar-besaran. Tawaran bailout secara hukum akan berakhir hari ini. Namun, Tsipras masih bersikeras untuk mengambil keputusan lewat voting.
No comments:
Post a Comment