"Anggaran tahun sebelumnya Rp 41 miliar untuk Kabupaten Bima, tahun ini akan dikali dua. Katanya kesulitan bibit, benar?" Tanya Amran kepada para petani yang memenuhi sawah sekitar lokasi panen, Jumat (19/6/20150. "Beennnaaaarr," jawab para petani dan warga setempat.
Amran memuji para petani ini yang sudah bisa menanam bawang merah dan sekarang siap panen di lahan seluas 105 hektar. Amran pun melepas dua truk berisi bawang yang nanti akan menyerap 100-200 ton bawang hasil panen. "Sudah ada di depan, 2 truk kami lepas. 100-200 ton serap bawang yang ada di sini. Kenapa kami melangkah seperti ini? Ingin putus rantai (distribusi) yang sangat panjang," kata Amran. Pada saat itu ada petani yang meminta Amran untuk menjaga harga bawang supaya tidak jatuh terlalu dalam saat panen raya seperti sekarang ini. "Saat panen, harga jatuh Rp 7.000 per kg. Kedatangan bapak kemari, kami ingin harga dijaga saat jatuh. Di atas Rp 7.000 per kg," ujar salah satu petani.
"Harga dijamin di atas Rp 7.000/kg, tenang saja Pak. Aku 20 tahun jadi petani. Salaman ya, tidak di bawah Rp 7.000. Aku menteri juga sama dari desa. Biasa ini cipika-cipiki dengan sapi," jawab Amran.Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman blusukan ke Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), untuk melihat panen raya bawang merah. Harga bawang merah di sini hanya sekitar Rp 8.000 per kilogram (kg).
Amran turun ke sawah bersama Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono Kamino, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bima Mokhlis, Bupati Bima Syafrudin HM Nur, Kepala Bakorluh Provinsi NTB Husnanidianty Nurdin, dan Kepala Bulog Divre NTB Muhammad Sugit Tedjo Mulyono.
Matahari bersinar terang siang itu, membuat para pejabat ini bercucuran keringat di sawah Desa Sangia, "Alhamdulillah, hari ini kita bisa panen bawang merah langsung dari Sangia, Kecamatan Sape, Bima," ujarnya di lokasi, Jumat (19/6/2015). Komoditas yang dipanen hari ini adalah bawang varietas supercross. Lahan yang siap dipanen seluar 105 hektar dengan produktivitas mencapai 14 ton per hektar.
"Ini belum panen dari Enrekang dan Jeneponto. Kita langsung beli semua hasil panen, kirim ke Jakarta," ujarnya. Amran mengakui saat ini RI masih lakukan impor untuk 7 komoditas yaitu beras, jagung, kedelai, gula, cabai merah, bawang merah, dan garamMenteri Pertanian Amran Sulaiman hari ini berniat memantau panen raya bawang merah di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Amran juga berburu bawang murah yang bisa dikirim ke provinsi lain.
Setelah tiba di bandara dan disambut oleh beberapa pejabat setempat, Amran yang berkemeja putih dan celana hitam itu langsung masuk ke dalam mobil yang akan mengantarnya ke lokasi panen raya. Sekitar 30 menit berkendara, rombongan 10 mobil yang dikawal satu mobil polisi itu tiba-tiba berhenti. Ternyata, Amran melihat ada pedagang bawang merah di pinggir jalan dan ia penasaran harga jualnya. Melihat Amran keluar dari mobil, rombongan pun ikut keluar dari mobil masing-masing. Amran langsung menghampiri perempuan penjual bawang merah yang bernama Soimah di Desa Jia, Kecamatan Sape, Jumat (19/6/2015).
"Ini harganya berapa bu?" Tanya Amran. "Kalau yang besar-besar Rp 8.000, yang kecil-kecil Rp 6.000," kata Soimah menjawab pertanyaan Amran. "Oke kalau begitu saya beli semua. Coba bayangkan, nggak perlu kita beli-beli impor. Bayangkan kalau kita bisa beli langsung dari Bima harga cuma Rp 6.000-8.000," kata Amran. Amran pun membeli 40 ikat bawang merah dari Soimah. Satu ikat beratnya sekitar 2-3 kg, sehingga totalnya mencapai bisa mencapai 1 kuintal. Harga bawang di Bima jauh lebih murah daripada di Brebes Jawa Tengah yang mencapai Rp 14.000/kg.
Bawang-bawang ini dibeli oleh Perum Bulog dan akan disebarkan ke berbagai wilayah Indonesia untuk menstabilkan harga jualnya. Setelah itu Amran pun kembali masuk ke mobil hanya untuk berhenti lagi sekitar 10 menit berkendara dari lokasi sebelumnya. Amran pun melompat kembali dari mobil dan mendatangani pedagang bawang bernama Samsudin.
Amran sempat bertanya soal biaya usaha tani bawang yang selama ini dilakukan Samsudin. Si pedagang dengan rinci menjawab pertanyaan-pertanyaan Amran. "Obat (pestisida) 3 kali semprot Rp 1 juta hektar. Biaya tenaga kerja Rp 30.000 per hari. Panen 2 bulan. Biaya per hektar Rp 15 juta per hektar. Produksi 10 ton per hektar. Harga Rp 8.000 per kg," ujar Samsudin.
"Saya beli Rp 8.000, 2 ton lebih. Semua aku ambil. Ngga usah bapak angkut, saya kirimin truk. Ngapain beli-beli impor kan. Dua hektar kasih bantuan benih Pak Dirjen (Hortikultura Spudnik Sujono Kamino). Kita bawa besok ke Jakarta," ujar Amran. Pada kunjungan ke Bima ini Amran didampingi Sujono, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bima Mokhlis, Bupati Bima Syafrudin HM Nur, Kepala Bakorluh Provinsi NTB Husnanidianty Nurdin, dan Kepala Bulog Divre NTB Muhammad Sugit Tedjo Mulyono.
No comments:
Post a Comment