Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bakal mengajak beberapa mantan direksi bank badan usaha milik negara (BUMN) untuk mengisi posisi direksi Bank DKI yang dirombak melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) karena ingin meningkatkan kinerja bank daerah tersebut.
Penempatan mantan direksi bank-bank BUMN dilakukan karena Ahok ingin segera mewujudkan mimpinya membawa Bank DKI ke dalam Bank Umum Kategori Usaha (BUKU) 4. Menurut Ahok, direksi bank-bank BUMN pasti akan lebih memahami cara dan strategi untuk membawa Bank DKI ke dalam BUKU 4 dalam 2 hingga 3 tahun mendatang.
"Kita ambil direksi dari BNI, Mandiri dan dari BCA satu direktur. Kita ambil dari BCA karena beliau mengerti ritel. Komisaris juga ada dari BI. Ada juga yang bagian pengawasan dari BNI," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (18/6). Ahok diketahui telah mengangkat mantan Direktur Teknologi dan Operasional Bank Mandiri Kresno Sediarsi pada RUPS-LB Bank DKI kemarin. Selain itu, terdapat nama Honggo Widjojo Kangmasto yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Operasi dan Teknologi Informasi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).
Mantan Bupati Belitung Timur Itu mengatakan bahwa ia menargetkan Bank DKI dapat segera masuk ke dalam BUKU 4 dan go public atau melepas saham ke pasar modal pada 2017-2018 mendatang. Berdasarkan klasifikasi modal inti yang dimiliki, bank dikelompokkan ke dalam 4 kelompok usaha (BUKU). Bank dengan modal inti kurang dari Rp 1 triliun masuk ke dalam BUKU 1. Kemudian, BUKU 2 mencakup bank yang memiliki modal inti dengan nilai Rp 1 triliun sampai dengan Rp 5 triliun.
Bank dengan modal inti dari Rp 5 Triliun sampai dengan Rp 30 Triliun masuk ke dalam BUKU 3. Terakhir, bank dengan modal inti di atas Rp 30 Triliun berhak masuk ke dalam kategori BUKU 4. Jumlah modal inti Bank DKI sampai saat ini adalah Rp 4,3 triliun. Sementara, total aset Bank DKI sampai 31 Maret 2015 lalu telah mencapai Rp 37,9 triliun, naik Rp 1,3 triliun dari aset pada akhir tahun lalu sebesar Rp 36,4 triliun.
Selain itu, pergantian direksi serta komisaris dilakukan karena performa Bank DKI di 2014 dipandang mengalami penurunan oleh Ahok. Pasalnya rasio kredit macet (non performing loan/NPL) gross Bank DKI melonjak menjadi 4,81 persen pada kuartal I 2015 dari periode yang sama setahun sebelumnya 2,65 persen.
Sementara, rasio NPL nett juga melonjak menjadi 3,00 persen dibandingkan dengan Januari-Maret 2014 yang mencapai 1,53 persen. NPL gross Bank DKI per Mei 2015 berada pada posisi 5,41 persen dan NPL nett 3,41 persen. Nantinya, target perbaikan yang dibidik oleh perseroan pada kuartal II 2015 adalah NPL gross 2,79 persen dan NPL nett 2,39 persen.
No comments:
Post a Comment