Monday, June 29, 2015

Bumi Resources Minerals Tbk Akan Lunasi Hutang Senilai Rp. 5,8 Triliun

Perusahaan tambang grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) berniat membayar utang-utangnya kepada perusahaan asal Tiongkok, China Investment Corporation (CIC) sebesar US$ 450 juta (Rp 5,8 triliun) di tahun ini. Pembayaran utang ini dilakukan melalui PT BumiResources Tbk (BUMI) selaku induk usaha Perseroan, dengan cara menukar utang dengan saham anak-anak usaha.

Investor Relations BRMS Erwin Hidayat mengatakan, Perseroan akan mencoba melunasi utang-utang perseroan dengan pinjaman atau refinancing. Pinjaman tersebut diharapkan punya bunga yang lebih murah. "Rencananya BUMI akan melunasi pinjamannya di CIC, sebagai gantinya BUMI akan convert ke CIC. ltu (utang) sudah diperpanjang, tahun ini masih ada waktu jadi belum ada default. Kita explore kemungkinan akan refinancing, cari bunga yang lebih rendah. Ada 2 opsi dari bank berupa project financing, atau pelunasan dari arus kas," jelas dia usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan di Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Senin (29/6/2015).

Selain mencari pinjaman, Erwin menyebutkan, pihaknya tengah menjajaki penyelesaian utang melalui strategic partner. Saat ini, perseroan tengah mencari pihak-pihak yang mau diajak bekerjasama menggarap bisnis perseroan. "Sedang kita jajaki, kita undang strategic partner, pihak ketiga, nanti dia akan masuk untuk mengoperasikan project tersebut, dari situ bisa kita lunasi pinjaman," katanya.

Sementara itu, Erwin meyakini jika kinerja perseroan di tahun ini akan membaik seiring dengan keluarnya izin ekspor tambang Newmont. "Sejak 2013 newmont berhenti produksi karena negosiasi smelter, sekarang izin ekpsor sudah diberikan di 2014, Newmont kan sahamnya 18 persen dimiliki BRMS, kinerja lebih baik seiring Newmont berproduksi. Ekspektasi kita dari Newmont, diharapkan akan meningkat," kata Erwin.

Untuk diketahui, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mencatat rugi bersih sebesar US$ 140,9 juta (Rp 1,7 triliun) di triwulan III-2014. Kerugiannya bengkak 148% atau lebih dari dua kali lipat, jika dibandingkan rugi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 56,83 juta (Rp 681 miliar).

Pendapatan anak usaha tambang Grup Bakrie itu pada sembilan bulan pertama tahun 2014 tercatat sebesar US$ 13 juta, sedangkan di tahun sebelumnya sebesar US$ 15,2 juta. Beban usaha ikut turun dari US$ 8,1 juta menjadi US$ 5,1 juta di triwulan III-2014. Tingginya beban keuangan yang mencapai US$ 94 juta menggerus omzet sehingga perseroan masih mencatat rugi.

Beban keuangannya tahun pada akhir September 2013 masih sebesar US$ 44,2 juta. Total beban lain-lain perseroan pun bengkak menjadi US$ 160,8 juta di triwulan III-2014, sebelumnya hanya US$ 61,9 juta. Beban keuangan yang tinggi itu pada akhinya membuat rugi bersih perseroan membengkak hingga lebih dari dua kali lipat.

No comments:

Post a Comment