PT Greenwood Sejahtera Tbk terpaksa tunduk terhadap ketentuan Bank Indonesia (BI) yang mewajibkan penggunaan rupiah dalam segala bentuk transaksi. Kendati gejolak kurs membuat penggunaan rupiah kurang menguntungkan, namun perusahaan penyewaan properti menegaskan tak lagi menggunakan dolar AS mulai bulan depan.
“Ya karena itu sudah merupakan peraturan pemerintah, maka akan kami ikuti," ujar Bambang Dwi Yanto, Direktur Keuangan Greenwood. Bambang mengaku selama ini pihaknya memang menggunakan dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi sewa-menyewa properti, khususnya untuk perkantoran. Untuk perkantoran, Greenwood dikenal dengan portofolio TCC-Batavia Tower di bilangan Karet Tengsin, Jakarta Pusat.
“Nanti mulai Juli sudah akan kami ubah tarif sewa dari dolar AS menjadi rupiah. Kami menggunakan dolar AS karena nilai tukar rupiah enggak menentu dan cenderung melemah,” ungkapnya. Seperti diketahui, bank sentral telah menerbitkan Surat Edaran BI (SEBI) Nomor 17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam SEBI tersebut terselip sejumlah klausul sanksi, mulai dari sanksi administratif dan denda, hingga sanksi pidana.
Sanksi terberat yang disiapkan BI adalah kurungan penjara maksimum 1 tahun dan denda paling tinggi Rp 1 miliar. Ketentuan ini berlaku mulai bulan ini, sedangkan sanksi baru akan dijatuhkan mulai bulan depan. Bambang mengungkapkan pihaknya menggunakan dolar AS sebagai denominasi transaksi sewa perkantoran karena lebih aman dari gejolak pasar uang. Apalagi, pelemahan ekonomi membuat pasar properti ikut melesu.
“Pasar melesu dan ada penurunan sewa. Biasanya harga sewa kami di kisaran US$ 30- US$ 40 per meter persegi per bulan. Nanti tinggal kami konversi ke rupiah saja,” jelasnya. Terkait pelemahan ekonomi dan menurunnya daya beli masyarakat, Bambang mengatakan pihaknya akan menyiasatinya dengan melakukan serangkaian efisiensi. Namun, dia berharap pemerintah mampu memulihkan kondisi ekonomi nasional agar bisnisnya tak mengalami koreksi terlalu dalam.
“Saya harap Bank Indonesia juga bisa menahan gejolak nilai tukar rupiah yang terus melemah ini,” ucapnya. Dari sisi kinerja, Greenwood membukukan laba bersih tahun 2014 sebesar Rp 167,94 miliar. Jumlah itu naik 19,06 persen bila dibandingkan raupan laba bersih 2013 senilai Rp 141,05 miliar.
Pertumbuhan kinerja perseroan didukung oleh melonjaknya pendapatan perseroan sebesar 91,47 persen menjadi Rp 176 miliar dari perolehan 2013 senilai Rp 91,92 miliar. Dari jumlah tersebut sebanyak Rp 46,71 miliar diraup dari pendapatan sewa.
No comments:
Post a Comment