Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sejalan dengan daya beli masyarakat turun. Pedagang telepon seluler (ponsel) di Jakarta kena imbasnya. Kondisi ini terlihat dari sepinya penjualan ponsel di pusat penjualan ponsel PGC Cililitan, Jakarta Timur. Dewi, salah satu pedagang ponsel dan aksesoris di pusat grosir handphone tersebut mengatakan, penjualan ponsel dalam beberapa minggu terakhir semakin terpangkas.
"Turunnya kalau perkiraan sampai 30% lebih dari sisi pembeli. Memang orang-orang juga lagi susah jadi belum mau beli (ponsel) yang baru," ujar Dewi ditemui, Kamis (18/6/2015).Menurutnya, sepinya penjualan tak hanya dirasakan di tokonya, tapi juga penjualan ponsel di pedagang-pedagang pengecer yang merangkap sebagai penjual pulsa.
"Kita juga dealer handphone, jadi banyak juga pedagang dan pengecer yang ambil barang ke kita. Tapi akhir-akhir ini semakin jarang yang ambil barang, katanya masih pada belum laku," jelasnya."Memang ponsel lagi sepi. Kalau dulu bisa setor ratusan juta. Sekarang omzet kurang jauh, paling masih bisa puluhan juta," kata Dewi.
Menurutnya, kondisi tersebut diperparah dengan nilai tukar rupiah yang terus melemah sehingga tokonya belum berani mengambil handphone baru untuk menambah stok. "Habiskan yang lama dulu, soalnya yang ambil barang ke kita juga pada telat karena belum terjual," tambahnya.
Senada dengan Dewi, pedagang lainnya bernama Fariz mengatakan, penurunan daya beli masyarakat membuat penjualan ponsel semakin menurun. Padahal, Fariz sudah memangkas harga jual ponselnya.
"Padahal sudah ada penurunan harga, khususnya handphone yang keluar di 6 bulan yang lalu. Kaya model Samsung baru turun sampai Rp 1.500.000, tapi masih sepi juga," keluhnya.Ia berharap, mendekati lebaran penjualan akan segera membaik di tengah situasi ekonomi yang lesu. "Harapannya nanti pas mau lebaran," imbuhnya.
No comments:
Post a Comment