Sri Mulyani Indrawati, Direktur Pelaksana Bank Dunia menyanjung potensi ekonomi Indonesia yang besar serta kekayaan sumber daya maritim yang melimpah. Namun, dia menyayangkan kerusakaan terumbu karang dan ekosistem laut akibat akibat penangkapan ikan ilegal dan membabi-buta. “Dampaknya terhadap warga sangat tinggi. Rata-rata kemiskinan di wilayah pesisir merupakan yang tertinggi di Indonesia,” ujarnya di acara Indonesia Green Infrastructure Summit di hotel Fairmont, Selasa (9/6).
Menurutnya, sekitar 140 juta penduduk Indonesia selama ini menggantungkan hidupnya pada ekosistem laut dan wilayah pesisir. Dengan jumlah nelayan lebih dari 2,6 juta orang, Indonesia saat ini tercatat sebagai penghasil produksi ikan terbesar kedua di dunia. Sayangnya, lanjut Sri Mulyani, hampir 65 persen terumbu karang di Indonesia terancam rusak karena penangkapan ikan secara membabi-buta. Penangkapan ikan secara liar dan ilegal diperkirakan telah merugikan negara hingga US$ 20 miliar.
Masuknya Susi Pudjiastuti dalam Kabinet Kerja bentukan Presiden Joko Widodo menimbulkjan harapan baru buat ibu dua orang anak ini. Sri Mulyani mengapresiasi kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak dinahkodai Susi. Menurutnya, mantan pengusaha wanita itu berhasil memperbaiki tata kelola sektor perikanan dan kelautan yang selama ini carut-marut. Sri Mulyani meyakini Indonesia dapat melipatgandakan produksi ikan pada 2019 jika bisa memperbaiki tata kelola sektor perikanan disertai dengan investasi besar pada bidang transportasi dan perdagangan di sektor maritim.
“Perkembangan terakhir memberikan harapan. Moratorium izin penangkapan ikan baru untuk operasi besar penangkapan ikan dapat menjaga populasi ikan,” jelasnya.Mantan Menteri Keuangan itu mengatakan pengelolaan ekonomi berbasis keunggulan maritim atau blue economy sebenarnya dapat mendukung ketahanan pangan, keberlanjutan pariwisata dan memperkuat sektor pertahanan.
Namun, lanjutnya, kerusakan yang terjadi akibat penangkapan ikan secara berlebihan dan pembuangan limbah telah memperburuk kemiskinan dan mengurangi ketahanan pangan secara global.“Pengelolaan sumber daya ikan yang tidak efektif dan penangkapan ikan ilegal telah menyebabkan kerugian sebesar US$ 75 - US$ 125 miliar dari penghasilan global setiap tahunnya,” ujar Sri Mulyani.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti diam-diam meminta kesediaan Faisal Basri, Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) untuk membantu Satuan Tugas (Satgas) Anti Illegal Fishing yang dibentuknya akhir tahun lalu dalam membongkar praktik mafia perikanan. Faisal yang juga ekonom Universitas Indonesia tersebut mengaku bersedia menerima tawaran Susi dan bekerja di bawah koordinasi tim pimpinan Mas Achmad Santosa tersebut.
“Saya bantu Bu Susi dalam tim tersebut. Ternyata mafia perikanan lebih ngeri, nyawa bisa jadi taruhannya. Pantas kalau tim itu isinya orang-orang gila macam Pak Ota dan Pak Yunus Husein (Wakil Ketua Satgas),” ujar Faisal saat ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Selasa (26/5).
Menurut Faisal, lebih ngerinya upaya membongkar mafia perikanan karena dalam industri tersebut sudah terbukti ada praktik perbudakan yang dilakukan oleh pengusaha lokal dibantu sokongan dana dari luar negeri sebagai pemegang saham perusahaan. Tidak hanya itu, Faisal bahkan menyebut nama pengusaha kayu zaman Orde Baru sebagai salah satu otak mafia perikanan di Indonesia.
“Dulu orang ini raja hutan yang berbisnis kayu. Setelah kayunya habis, pulau yang sudah trondol itu dijadikan pusat perbudakan perusahaan ikan. Mata rantainya kita sudah punya, datanya sudah ada, dan petanya sudah lengkap. Tinggal menunggu Bu Susi saja menyampaikan ke publik,” kata Faisal.
Untuk menjamin perlindungan hukum atas ancaman yang mendarat di Satgas Anti Illegal Fishing, Faisal menyebut Presiden Joko Widodo akan menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) atas pembentukan tim tersebut. “Jadi kalau hanya Keputusan Menteri kan ruang gerak tim masih terbatas. Insya Allah mau keluar Keppresnya. Nanti kita bisa bongkar lebih banyak modus operandi mafia ikan ini, karena lebih ngeri dari mafia migas. Nyawa taruhannya,” kata Faisal.
No comments:
Post a Comment