Perusahaan tambang batubara milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menderita rugi bersih US$ 344,32 juta atau setara dengan Rp 4,5 triliun dalam tiga bulan pertama tahun ini. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu perseroan mampu mengantongi laba bersih hingga US$ 349,45 juta. Dalam laporan keuangan Bumi Resources yang dikutip Jumat (17/7), performa Bumi Resources berbanding terbalik dari tahun lalu karena pendapatan perseroan selama tiga bulan pertama tahun ini anjlok tajam.
Pendapatan perseroan jeblok 44,96 persen menjadi US$ 10,59 juta pada kuartal I 2015 dari sebelumnya senilai US$ 19,24 juta. Hal itu membuat laba kotor yang diperoleh anjlok 47 persen jadi US$ 9,16 juta dari sebelumnya US$ 17,32 juta. Pelemahan tersebut tidak dapat tertolong kendati beban pokok ikut turun menjadi US$ 1,43 juta dari US$ 1,93 juta.
Parahnya, beban usaha perseroan pada kuartal I tahun ini tercatat lebih tinggi dari laba kotor tersebut. Beban usaha tercatat sebesar US$ 11,30 juta, membuat perhitungan laba usaha pada kuartal I tahun lalu langsung berbalik menjadi rugi usaha senilai US$ 2,14 juta.
Kondisi tersebut diperparah karena pada kuartal I tahun ini Bumi Resources mencetak beban lain-lain sebesar US$ 352,92 juta, berbalik dari penghasilan lain-lain senilai US$ 542,12 juta pada periode tiga bulan pertama tahun lalu. Namun, penghasilan tambahan tahun lalu tersebut diraup dari penjualan anak usaha senilai US$ 746,94 juta.
Belum habis juga, Bumi Resources masih harus menelan pil pahit adanya beban selisih kurs mencapai US$ 1,68 juta pada kuartal I tahun ini. Padahal, pada kuartal I tahun lalu perseroan mampu mencetak laba selisih kurs mencapai US$ 108,88 ribu. Lebih lanjut, per 31 Maret 2015, total aset Bumi mencapai US$ 4,62 miliar, naik tipis dari akhir tahun lalu US$ 4,61 miliar. Sementara liabilitas atau kewajiban perseroan naik menjadi senilai US$ 5,7 miliar dari US$ 5,34 miliar.
Untuk diketahui, manajemen perseroan pada saat ini sedang berfokus untuk melunasi utang-utangnya. Bumi Resources telah memperoleh perpanjangan pembayaran surat utang atau obligasi untuk tiga anak usahanya. Dari hasil putusan Pengadilan Singapura, perseroan memperoleh moratorium pembayaran utang obligasi selama lima bulan ke depan.
“Tujuan utama sebenarnya adalah mengurangi utang sebesar US$ 2 miliar hingga US$ 2,5 miliar pada akhir tahun ini,” ungkap Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources belum lama ini.
Dari data yang dihimpun, total utang yang memperoleh perpanjangan kewajiban pembayaran tadi mencapai US$ 1,37 miliar atau berkisar Rp 17 triliun. Rinciannya: Bumi Capital Pte. Ltd. melalui Surat Berharga Bergaransi Senior (Guaranteed Senior Secured Notes) senilai US$ 300 juta dengan bunga 12 persen; Bumi Investment Pte. Ltd. selaku penerbit Surat Berharga Bergaransi Senior (Guaranteed Senior Secured Notes) senilai US$ 700 juta dengan bunga 10,75 persen; dan Enercoal Resources Pte. Ltd. melalui Obligasi Konversi Bergaransi (Guaranteed Convertible Bonds) senilai US$ 375 juta berkupon 9,25 persen.
"Untuk mencapai tujuan tadi, kami telah berdiskusi dengan semua pemberi pinjaman termasuk bank dan pemegang obligasi," tambah Dileep.
No comments:
Post a Comment