Friday, July 31, 2015

Laba Bersih PT Astra Internasional Tbk Jatuh Terpukul Oleh Resesi Ekonomi

Laba bersih PT Astra Internasional Tbk, yang diatribusikan dari sektor otomotif, anjlok 15 persen pada semester I 2015. Selama Januari-Juni tahun ini, perusahaan-perusahaan otomotif Astra hanya menyumbang laba Rp 3,42 triliun, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4 triliun.

Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra Internasional menjelaskan penurunan laba di segmen otomotif disebabkan oleh melemahnya permintaan. Hal itu selaras dengan perlambatan ekonomi nasional. dan sedikitnya jumlah produk baru yang diluncurkan perseroan.
"Selain itu persaingan diskon pada pasar mobil yang disebabkan oleh kelebihan kapasitas produksi berdampak negatif terhadap laba bersih segmen usaha ini," jelas Prijono melalui keterangan tertulis Astra, Kamis (30/7).

Menurut Prijono, penjualan mobil secara nasional menurun sebesar 18 persen menjadi 525 ribu unit. Astra sebagai penguasa pasar otomotif nasional, penjualannya turun 21 persen menjadi 263 ribu unit.
Penurunan penjualan tersebut, kata Prijono, menyebabkan pangsa pasar Astra turun dari 52 persen pada semester I tahun lalu menjadi tinggal 50 persen per Juni 2015.

Padahal, Prijono mengatakan Astra telah meluncurkan sembilan model baru dan lima model facelift dalam enam bulan pertama 2015.  Khusus untuk sepeda motor, penjualannya di Tanah Air anjlok 24 persen setelah hanya berhasil menjajakan 3,2 juta unit. Penurunan tersebut tak lepas dari kinerja negatif PT Astra Honda Motor (AHM) selaku pemain terbesar. Penjualan AHM turun 19 persen menjadi 2,1 juta unit. Kendati demikian, Prijono mengatakan pangsa pasar Honda meningkat menjadi 67 persen per Juni.

Selama paruh pertama tahun ini, AHM tercatat telah meluncurkan delapan model baru motor Honda dan tiga model facelift.Selain itu, lanjut Prijono, bisnis komponen otomotif juga memberikan kontribusi yang rendah karena depresiasi nilai tukar rupiah. Hal ini terkait dengan penurunan laba bersih PT Astra Otoparts Tbk (AOP) sebesar 67 persen menjadi Rp 152 miliar.

"Penurunan laba AOP disebabkan oleh menurunnya volume dan depresiasi rupiah yang berimbas terhadap penurunan margin manufaktur," tuturnya. Kinerja PT Astra International Tbk mengalami kontraksi pada semester I 2015. Laba bersih perusahaan terbesar kelima di pasar modal Indonesia ini melorot 18 persen menjadi Rp 8,05 triliun, dari Rp 9,82 triliun di periode yang sama 2014.
“Laba bersih Astra pada semester pertama menurun, seiring dengan berkurangnya konsumsi domestik, kompetisi di sektor mobil dan melemahnya harga komoditas di Indonesia,” ujar Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra International dalam keterangan resmi, Kamis (30/7).

Prijono mengungkapkan, laba bersih Grup Astra menurun seiring turunnya kontribusi dari seluruh segmen bisnis, terutama dari segmen otomotif dan agribisnis. Pendapatan bersih konsolidasian Astra selama semester pertama tahun ini sebesar Rp 92,6 triliun, turun 9 persen dibandingkan semester pertama tahun lalu. Prijono menyatakan hal itu terutama disebabkan oleh menurunnya penjualan segmen otomotif, agribisnis dan penjualan alat berat.

“Laba bersih konsolidasian menurun sebesar 18 persen, dimana hal ini mencerminkan penurunan kontribusi dari hampir semua segmen,” jelasnya. Aktivitas bisnis Astra terbagi dalam enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya serta teknologi informasi. Laba bersih dari segmen otomotif menurun sebesar 15 persen menjadi Rp 3,4 triliun, penjadi penyebab melemahnya kerja grup.

“Secara keseluruhan, lemahnya permintaan selama semester pertama disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi dan sedikitnya jumlah produk baru yang diluncurkan,” kata Prijono. Selain itu, lanjutnya, persaingan diskon pada pasar mobil yang disebabkan oleh kelebihan kapasitas produksi berdampak negatif terhadap laba bersih segmen usah ini. Bisnis komponen otomotif juga memberikan kontribusi yang rendah karena depresiasi nilai tukar rupiah.

Penjualan mobil secara nasional menurun sebesar 18 persen menjadi 525.000 unit. Penjualan mobil Astra turun sebesar 21 persen menjadi 263.000 unit, sehingga mengakibatkan penurunan pangsa pasar dari 52 persen menjadi 50 persen selama semester pertama 2015. Sementara, penjualan sepeda motor nasional mengalami penurunan sebesar 24 persen menjadi 3,2 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) juga mengalami penurunan sebesar 19 persen menjadi 2,1 juta unit, namun pangsa pasar meningkat menjadi 67 persen.

“PT Astra Otoparts Tbk, grup manufaktur komponen otomotif, mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 67 persen menjadi Rp 152 miliar, yang disebabkan oleh menurunnya volume dan depresiasi rupiah yang berimbas terhadap penurunan margin manufaktur,” kata Prijono. Adapun laba bersih segmen jasa keuangan menurun sebesar 16 persen menjadi Rp 2,1 triliun. Namun, jika keuntungan (one-time gain) dari akuisisi 50 persen kepemilikan di Astra Aviva Life pada bulan Mei 2014 tidak diperhitungkan, maka laba bersih dari segmen jasa keuangan sebenarnya meningkat 2 persen.

Laba bersih konsolidasian dari segmen alat berat dan pertambangan meningkat sebesar 3 persen menjadi Rp 2 triliun. PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatatkan penurunan pendapatan bersih sebesar 9 persen walaupun laba bersih meningkat 4 persen menjadi Rp 3,4 triliun karena diuntungkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah.

Pelemahan yang cukup parah terjadi di segmen agribisnis Grup, yang turun 68 persen menjadi Rp 354 miliar. PT Astra Agro Lestari Tbk, yang 79,7 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp 444 miliar, turun 68 persen.

Pasalnya, harga rata-rata CPO mengalami penurunan sebesar 12 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 7.642/kg, sementara penjualan CPO menurun 18 persen menjadi 551.000 ton, sedangkan penjualan olein meningkat 109 persen menjadi 194.000 ton. Lebih lanjut, pelemahan dalam juga terjadi pada segmen infrastruktur, logistik dan lainnya. Laba bersih divisi tersebut menurun sebesar 60 persen menjadi Rp 68 miliar, sebagian besar disebabkan oleh kerugian awal yang timbul dari dimulainya pengoperasian seksi 1 ruas tol Kertosono – Mojokerto.

Laba bersih dari segmen teknologi informasi turun sebesar 11 persen menjadi Rp 75 miliar. Hal itu dialami oleh PT Astra Graphia Tbk (AG), yang 76,9 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang solusi bisnis berbasis dokumen, teknologi informasi dan komunikasi serta agen tunggal penyalur Fuji Xerox di Indonesia. Namun, di sisi lain, nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp 2.425 pada 30 Juni 2015, meningkat sebesar 3 persen dibandingkan dengan akhir tahun 2014.

Secara keseluruhan posisi utang bersih Astra, di luar dari anak-anak perusahaan segmen jasa keuangan, adalah sebesar Rp 2,4 triliun, dibandingkan dengan utang bersih sebesar Rp 3,3 triliun di akhir tahun 2014. Bisnis jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 47,3 triliun, dibandingkan dengan Rp 45,9 triliun di akhir tahun 2014.

Analis PT First Asia Capital mengatakan pelemahan kinerja Astra kali ini lebih buruk dari ekspektasi pasar. Apalagi, lanjutnya, pelemahan kurs rupiah ternyata amat berdampak buruk bagi kinerja Astra. “Agak over sih ya (pelemahan). Karena lemahnya penjualan motor dan mobil. Terus Astra Otoparts turun banyak banget akibat kurs. Ekspetasi awal diperkirakan hanya turun single digit saja,” ujarnya.

No comments:

Post a Comment