Thursday, July 16, 2015

Pertumbuhan Ekonomi Melambat, China Tingkatkan Ekspor Ke Indonesia

Menteri Perdagangan Rahmat Gobel mengkhawatirkan dampak pelemahan ekonomi China terhadap neraca perdagangan Tanah Air. Pasalnya, turunnya perekonomian China akan memicu peningkatan impor ke Indonesia. “Yang kami khawatirkan ketika penurunan ekonomi di sana, barang impor kita akan meningkat,” kata Rahmat di Kantor Pusat Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta, Rabu (15/7).

Sebelumnya, beberapa ekonom dunia telah memprediksi pertumbuhan ekonomi China akan melambat tahun ini, di bawah 7 persen. Pemerintah China sendiri baru mengumumkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II hanya sebesar 7 persen, tak berbeda dengan pertumbuhan di kuartal I tahun ini.

Menurut Rahmat dengan adanya sinyal perlambatan perekonomian China, pemerintah akan mengelola impor yang masuk dari negeri Tirai Bambu itu dengan ketat. “Karena China pasti akan membuang barang-barang produksinya ke luar dengan dumping dan lain sebagainya,” ujar Rahmat.

Kekhawatiran Rahmat beralasan, berdasarkan data BPS, China merupakan negara asal impor non migas terbesar ke Indonesia. Pada Juni 2015, nilai impor dari China tercatat sebesar US$ 2,6 miliar atau naik sekitar 17,34 persen dibanding nilai impor Mei 2015. Kendati demikian, nilai impor dari China sepanjang semester pertama tahun ini tercatat turun sekitar 3,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi sebesar US$ 14,7 miliar.

“Impor dari China yang paling besar adalah mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik. Artinya sudah ada peningkatan dari Mei ke Juni, impor barang modal,” kata Kepala BPS Suryamin di tempat yang sama.

Sementara itu, ekspor non migas ke China sepanjang paruh pertama tahun ini anjlok sekitar 25,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 6,65 miliar. Meskipun pada Juni 2015 ekspor non migas ke China naik 11,37 persen dibandingkan Mei 2015 dari US$ 1,11 miliar menjadi US$ 1,23 miliar yang diperkirakan Suryamin akibat menjelang bulan puasa dan lebaran. Adapun ekspor utama Indonesia ke China antara lain bijih logam, katun, alas kaki, besi dan baja.

Dengan kondisi demikian, Indonesia mencatatkan defisit perdagangan non migas terbesar dengan China dibandingkan dengan negara-negara lain baik untuk Juni 2015 maupun selama paruh pertama tahun ini. Defisit perdagangan non-migas Indonesia-China pada Juni 2015 mencapai US$ 1,4 miliar. Sedangkan sepanjang Januari-Juni 2015, defisit perdagangan non migas Indonesia dengan China tercatat sebesar US$8,06 miliar.

Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan anjloknya indeks saham China berdampak terhadap perekonomian regional Asia, termasuk Indonesia. Menurut JK, kejatuhan indeks saham China mencerminkan persoalan makro ekonomi China yang kemudian akan pengaruhi kinerja ekspansi perusahaan terbuka di negaranya.

Untuk mengantisipasi hal ini, maka pemerintah akan memperkuat ekonomi domestik demi kinerja korporasi nasional tetap baik. “Cara menjaganya dengan memperkuat ekonomi nasional agar perusahaan-perusahaan kita berjalan dengan baik,” kata JK di kantornya beberapa waktu lalu. Penguatan ini diyakini JK mampu memperkuat sektor finansial Indonesia dari faktor-faktor eksternal lainnya, kendati demikian JK tetap optimistis pelemahan ekonomi di China segera pulih

No comments:

Post a Comment