Produsen semen asal Jerman, PT Holcim Indonesia Tbk akhirnya merampungkan pabrik baru Tuban II yang memiliki nilai proyek sebesar US$ 500 juta. Pada awalnya, pabrik ini direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, namun kemungkinan perusahaan akan melakukan ekspor setelah melihat kondisi pasar semen yang lesu tahun ini.
"Pada awalnya, kami membangun pabrik ini khusus untuk memenuhi pasar domestik. Tapi melihat pasar yang melemah, mungkin kita akan melakukan ekspor. Hal itu mungkin kita lakukan karena kita kan global player, jaringan kita banyak," ujar Diah Sasanawati, Corporate Communication Manager Holcim Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jumat (24/7).
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pelaksanaan ekspor ini bukanlah pilihan utama perusahaan karena Holcim masih berupaya untuk memasarkan hasil produksinya di dalam negeri. Jika memang nantinya pasar domestik tak akan membaik selama lebih dari setahun ke depan, perusahaan akan mengekspor semen ke Filipina dan Vietnam terlebih dahulu.
"Karena kedua negara tersebut sangat menbutuhkan semen. Tapi rencana ekspor kami ini bersifat Plan B, jadi bukan rencana utama dan tidak akan kami laksanakan untuk tahun ini," tambah Diah. Ditemui di lokasi yang sama, Direktur Keuangan Holcim, Kent Carson juga mencemaskan kemungkinan terjadinya kelebihan suplai semen Holcim setelah pabrik Tuban II ini selesai. Ia berharap bahwa pelemahan pasar ini bersifat sementara, sehingga pihaknya tak harus melaksanakan ekspor.
"Setelah pabrik ini rampung, kami sempat gugup apakah hasil produksinya bisa terserap domestik atau tidak. Tapi kami tak boleh cemas dan harus fokus terhadap kondisi ekonomi Indonesia jangka panjang karena memang Indonesia adalah pasar yang bagus," jelas Carson di lokasi yang sama.
Kalaupun Holcim jadi melakukan ekspor, Carson mengatakan bahwa hal tersebut akan menjadi kali kedua perusahaan melaksanakan ekspor. Beberapa tahun yang lalu, perusahaan juga sempat mengekspor semen ke benua Afrika serta Malaysia kendati dalam porsi yang kecil.
"Tapi setelah itu kami tidak pernah ekspor lagi karena semuanya habis untuk memenuhi pasar lokal," tuturnya. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) merilis data bahwa konsumsi semen nasional pada kuartal I 2015 menurun sebanyak 3,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara total, konsumsi semen domestik turun dari angka 14,08 juta ton pada kuartal pertama 2014 menjadi 13,62 juta ton pada kuartal pertama tahun 2015.
Di tengah pelemahan permintaan tersebut, Holcim Indonesia justru menambah kapasitas produksi semen dari 10,8 juta ton per tahun menjadi 12,5 juta ton per tahun setelah rampungnya pabrik Tuban II yang berkapasitas I,7 juta ton per tahun pada pertengahan tahun ini. Pembangunan pabrik di Tuban, termasuk Tuban I, dikatakan Carson sebagai investasi terbesar perusahaan selama empat tahun terakhir dengan total nilai mencapai US$ 850 juta.
"Siklus bisnis semen memang masih di bawah, tapi semen merupakan industri jangka panjang. Kami memberikan outlook pabrik baru kami ini selama 50 hingga 75 tahun ke depan, semoga di sela-sela itu siklus bisnis semen bisa menanjak lagi," pungkas Carson.
No comments:
Post a Comment