Sofyan menjelaskan, China sukses menjalankan pembangunan sejak belasan tahun yang lalu. Hingga mampu mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 10% dan mensejahterakan masyarakatnya. "China sudah terlalu jauh pembangunannya meninggalkan Indonesia. Ekonominya tumbuh double digit. Semua dibangun dan tampak buktinya. Meskipun sekarang ada perlambatan," ungkapnya.
Hal yang serupa juga terjadi dengan Malaysia dan Thailand, dengan pembangunan yang juga tidak kalah cepat. Sekarang Vietnam yang tengah menyusul kedua negara tersebut. Sofyan menambahkan, Vietnam sekarang memiliki pendapatan per kapita US$ 1.800. Namun sudah memulai pembangunan kereta bawah tanah (subway). Sementara Indonesia baru memulai ketika pendapatan per kapita US$ 4.000.
"Jadi apa yang dilakukan Vietnam sekarang, itu harusnya sudah kita lakukan belasan tahun yang lalu," terang Sofyan Sekarang yang tengah memulai pembangunan adalah Myanmar. Pemerintahan Myanmar berencana datang ke Indonesia untuk berdiskusi tentang pola penganggaran dan perencanaan pembangunan.
"Dulu Vietnam belajar ke kita saat tahun 1990an, sekarang dia sudah melaju. Nanti Myanmar juga akan studi ke Indonesia. Jangan sampai mereka (Myanmar) juga nanti ikut meninggalkan kita," imbuhnya. Meski demikian, Sofyan menilai masih ada peluang untuk melakukan perubahan. Indonesia masih berlimpah sumber daya yang bisa dioptimalkan ke depannya.
"Kita akan terus ditinggalkan kalau tanpa perubahan. Karena kita terlalu disibukkan dengan kegiatan yang itu-itu saja. Harus ada perubahan, Ciptakan policy yang bisa memperlancar segalanya," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment