Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Juni 2015, kali ini sebesar US$ 477 juta. Angka tersebut lebih rendah dari surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,08 miliar. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 4,35 miliar, meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang defisir US$ 1,15 miliar.
Badan Pusat Staitistik (BPS) melaporkan surplus Juni terbentuk karena ekspor nonmigas tercatat lebih tinggi US$1,59 miliar dibandingkan impor nonmigas. Sementara untuk neraca perdagangan migas defisitnya melebar, dari US$ 0,71 miliar pada Mei lalu menjadi US$ 1,12 miliar.
Suryamin, Kepala BPS menyebutkan nilai ekspor Indonesia pada Juni 2015 sebesar Rp US$ 13,44 miliar, meningkat 5,91 persen dibandingkan dengan kinerja bulan sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan ekspor Juni 2014, ekspor bulan lalu anjlok 12,78 persen. Sementara untuk impor, lanjut Suryamin, nilainya 11,63 persen dari Mei menjadi US$12,96 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan realisasi impor Juni 2014 turun 17,42 persen.
"Dari sisi volume perdagangan, pada Juni 2015 neraca volume perdagangan Indonesia mengalami surplus 26,77 juta ton. Hal tersebut didorong oleh surplusnya neraca sektor nonmigas 27,42 juta ton. Sebaliknya sektor migas defisit 0,64 juta ton," jelas Suryamin di kantornya, Rabu (15/7).
Nilai impor Indonesia pada Juni 2015 tercatat US$12,96 miliar, naik 11,63 persen dibanding Mei 2015. Namun, jika dibandingkan dengan realisasi impor Juni 2014 turun 17,42 persen. Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor nonmigas pada bulan lalu sebesar US$ 10,39 miliar, naik 8,95 persen dibandingkan dengan realiasi bulan sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan impor Juni 2014, nilainya turun 15,58 persen.
Sementara untuk impor migas, tercatat sebesar US$ 2,58 miliar atau naik 23,89 persen dibanding Mei 2015, tetapi turun 24,06 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Secara kumulatif nilai impor Januari-Juni 2015 mencapai US$ 73,94 miliar atau turun 17,81 persen dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu. Kumulatif nilai impor itu terdiri dari impor migas sebesar US$ 13,1 miliar atau turun 39,91 persen dan nonmigas US$ 60,84 miliar yang turun 10,74 persen.
"Peningkatan impor nonmigas terbesar Juni 2015 adalah mesin dan peralatan mekanik US$ 410 juta atau 26,36 persen, sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung US$ 300 juta atau 82,26 persen," jelas Suryamin di kantornya, Rabu (15/7).
Selama semeter I, China menjadi pengimpor barang nonmigas terbesar dengan nilai mencapai US$ 14,71 miliar atau 24,17 perseb dari total impor. Kemduian diikuti oleh Jepang US$ 7,18 miliar atau 11,8 persen dan Singapura US$ 4,21 miliar atau 6,92 persen. "Impor nonmigas dari Asean mencapai pangsa pasar 21,52 persen, sementara dari Uni Eropa 9,33 persen," tuturnya.
No comments:
Post a Comment