Direktur Utama Wijaya Karya Bintang Perbowo menyatakan pemegang saham yang mayoritas dimiliki pemerintah merestui rencana perseroan untuk terjun ke proyek tersebut. Namun untuk detailnya, ia menyatakan belum bisa memberikan informasi lebih lanjut.
“Terkait HSR, intinya kami hanya menyiapkan dulu, dan bahwa bidang usaha kami punya sarana dan prasarana perkeretaapian. Kemudian berdasarkan aturan KAI juga sudah sesuai,” ujarnya, usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di gedung WIKA, Jakarta, Kamis (30/7).
Ada perusahaan Jepang dan China menyatakan berminat berinvestasi dalam proyek tersebut. Bintang mengatakan belum tahu mana yang akan diterima oleh pemerintah. Adapun WIKA sendiri lebih fokus pada persiapan. “Sebulan diharapkan bisa rampung persiapannya dan segera dilakukan, kemudian akhir tahun sudah mulai berjalan pengerjaannya. Nanti akan membentuk anak usaha baru, tapi tergantung pemerintah penunjukannya kapan dan berapa belanja modal yang dibutuhkan,” ujarnya.
Bintang menjelaskan, pihaknya belum mengetahui kapan groundbreaking perusahaan tersebut akan digelar. Ia menambahkan, pihaknya juga belum tahu apakah kedua investor asing tersebut sudah menyerahkan hasil Feasibility Study kepada pemerintah. “Kami tidak ikut Feasibility Study. Yang bikin investor Jepang dan China. Nanti baru dibandingkan apple to apple oleh pemerintah, mana yang paling baik,” katanya.
Direktur Keuangan Wijaya Karya Aji Firmantoro mengatakan beberapa opsi pendanaan masih dikaji. Beberapa opsi itu antara lain penerbitan saham baru (right issue) atau obligasi yang juga mengkaji hasil Penyertaan Modal Negara (PMN) pada 2016. “Kemarin kan sudah terbitkan obligasi MTN. Kalau PMN jadi dilaksanakan 2016 sepertinya kami akan menggunakan right issue. Tapi kami juga akan menerbitkan obligasi yang sedang kami jajaki, apakah global atau domestik. Akan kami pelajari dulu,” kata Aji.
Aji menyatakan WIKA ingin memperoleh PMN di kisaran Rp 5 triliun sampai Rp 7,2 triliun. “Obligasi kalau dengan right issue tentunya akan besar ya. Tapi kalau right issue tetapi belum ada PMN, ya minimal Rp 1 triliun right issue-nya. Obligasi dan right tahun depan, karena kebutuhan belanja modal kita yang besar tahun depan,” ujarnya.
Adapun belanja modal yang dibutuhkan masih dievaluasi. Namun diyakini dana yang dibutuhkan akan besar sekali, bisa lebih dari Rp 25 triliun. Sebagai persiapan, tahun ini dipersiapkan Rp 2 triliun dan tahun depan Rp 3-4 triliun. Terkait besaran dana proyek HSR yang dibutuhkan, Aji bilang masih dikaji. Angka kisaran investasi Rp 50 triliun adalah besaran hasil Feasibility Study sementara dari pihak Jepang. Itu belum final. “Kalau konsorsium harapannya Indonesia 60 persen dan asing 40 persen. Konsorsium Indonesia nanti terdiri dari beberapa BUMN,” ucap Aji.
Sementara itu, WIKA bersama dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, telah melakukan penandatanganan perjanian pembangunan pelaksanaan paket pekerjaan paket A proyek rel kereta api Manggarai ke Jatinegara. Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, Suradi mengatakan bahwa perseroan dinyatakan sebagai pemenang pelelangan pelaksanaan paket pekerjaan Paket A “Pekerjaan Jalan Rel” sesuai dengan surat penunjukan penetapan pemenang oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia No. PL.405/4/14 Phb 2015, pada tanggal 24 Juni 2015.
“Rencananya proyek ini akan mencapai nilai Rp 363,26 miliar dan pelaksanaannya akan memakan waktu selama 886 hari kalender atau hingga 31 Desember 2017,” katanya. Adapun lingkup utama pekerjaan pada proyek ini adalah pekerjaan platform (stasiun Manggarai, Matraman, dan Jatinegara), pekerjaan jalan rel seperti supply, penghamparan dan pemadatan ballast, kemudian supply dan pemasangan sleeper, serta supply dan pemasangan rel termasuk turn out dan scissor crosing.
Maxi Liesyaputra, analis KBD Daewoo Securities Indonesia mengatakan, untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah sangat perlu untuk terus meningkatkan pembangunan infrastruktur karena tingkat penyediaan infrastruktur di Indonesia masih rendah, bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
“Potensi peningkatan pembangunan infrastruktur akan memberikan dampak positif terhadap beberapa BUMN konstruksi seperti Wijaya Karya (WIKA),” ujarnya dalam riset, belum lama ini.
“Rencananya proyek ini akan mencapai nilai Rp 363,26 miliar dan pelaksanaannya akan memakan waktu selama 886 hari kalender atau hingga 31 Desember 2017,” katanya. Adapun lingkup utama pekerjaan pada proyek ini adalah pekerjaan platform (stasiun Manggarai, Matraman, dan Jatinegara), pekerjaan jalan rel seperti supply, penghamparan dan pemadatan ballast, kemudian supply dan pemasangan sleeper, serta supply dan pemasangan rel termasuk turn out dan scissor crosing.
Maxi Liesyaputra, analis KBD Daewoo Securities Indonesia mengatakan, untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah sangat perlu untuk terus meningkatkan pembangunan infrastruktur karena tingkat penyediaan infrastruktur di Indonesia masih rendah, bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
“Potensi peningkatan pembangunan infrastruktur akan memberikan dampak positif terhadap beberapa BUMN konstruksi seperti Wijaya Karya (WIKA),” ujarnya dalam riset, belum lama ini.
No comments:
Post a Comment