Friday, July 31, 2015

Produsen Popok Bayi Jepang Tambah Investasi Rp 109 M Di Indonesia

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) baru saja melakukan lawatan ke Jepang selama 3 hari, yakni mulai 28-30 Juli 2015. Hasil dari lawatan itu, BKPM berhasil menarik investor baru asal Jepang ke Indonesia.  Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan, pihaknya mengidentifikasi adanya minat investasi hingga US$ 641,9 juta atau setara Rp 8,66 triliun (US$1 setara Rp 13.500) dari hasil lawatan kemarin.

Investasi yang masuk terdiri dari US$ 134,9 juta untuk perluasan investasi existing dan US$ 507 juta sebagai investasi baru yang akan masuk ke Indonesia. Investor Jepang akan menambah investasi ke sektor industri popok bayi hingga US$ 8,1 juta atau senilai Rp 109 miliar, industri conveyor belt sebesar US$ 54,2 juta dan industri wire harness sebanyak US$ 72,6 juta.

"Sementara itu, untuk minat investasi yang baru akan masuk ke Indonesia meliputi industri pengolahan rumput laut US$ 2 juta, industri komponen otomotif US$ 2,5 juta, sektor ketenagalistrikan US$ 500 juta dan industri boiler sebesar US$ 2,5 juta,” kata Franky dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/7/2015).

Franky optimis minat investasi tersebut bisa segera terealisasi.

"Merujuk kepada rasio realisasi investasi Jepang dibandingkan rencana investasinya sepanjang 2005-2014 sudah mencapai 62,5%," jelasnya. Apabila minat investasi tersebut dapat terealisasi, maka ada banyak tenaga kerja langsung sebanyak 10.475 orang yang bisa terserap. Penyerapan tenaga kerja ini terdiri dari industri komponen otomotif 10.000 orang, industri popok bayi 220 orang, industri conveyor belt 100 orang, industri pengolahan rumput laut 55 orang dan industri boiler 100 orang.
BKPM mencatat realisasi investasi Jepang di Indonesia sepanjang 2010 hingga semester I-2015 mencapai US$ 13,68 miliar. Investasi asal Jepang ke Indonesia masuk urutan nomer 2, setelah Singapura.

Dalam 5 tahun terakhir, investasi Jepang di Indonesia masuk ke industri alat angkutan dan transportasi lainnya (53%), industri logam, mesin dan elektronik (17%), industri kimia dan farmasi (7%), serta industri makanan dan tekstil (masing-masing 4%). Sedangkan, realisasi investasi Jepang selama semester 1 2015 sebanyak Rp 19,72 triliun. Penyerapan ini meningkat jika dibandingkan dengan realisasi investasi Jepang untuk Semester 1 2014 yang hanya Rp 16,19 triliun.

No comments:

Post a Comment