Posisi rupiah saat ini yang mencapai Rp 13.329 per dolar Amerika Serikat (AS) belum dinilai ideal oleh sebagian pengamat ekonomi. Dengan kondisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang masih rentan, hingga akhir tahun rupiah diprediksi akan terus loyo jika harus disandingkan dengan dolar Paman Sam.
Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani mengatakan idealnya rupiah saat ini pada posisi Rp 12.700. Ia menilai dengan lambannya belanja pemerintah pada paruh pertama tahun ini, kebutuhan transaksi valas masih minim sehingga nilai mata uang rupiah masih bisa membaik.
"Idealnya segitu, kalau pun melemah banyak disebabkan oleh faktor global tapi sebenarnya Indonesia bisa memperbaiki nilai tukar itu sendiri," ujarnya saat ditemui di acara silahturahmi Menteri Keuangan di Jakarta, Jumat (17/7).
Ia memprediksi pada semester II nanti, pemerintah akan sangat gencar melakukan belanja baik modal maupun barang dengan kebutuhan valas dan ini memungkinkan akan membuat nilai tukar rupiah terkoreksi lebih dalam. Terlebih pemerintah akan melakukan belanja demi kepentingan infrastruktur yang kebutuhan komponennya mayoritas harus diimpor
"Yang paling penting adalah mulai Agustus belanja pemerintah mulai tinggi nah itu yang mungkin menurut saya diperbaiki kualitas dari belanjanya. Karena begitu pemerintah belanja itu nilai tukar melemah karena biasanya banyak belanja yang berkaitan dengan impor," ujarnya. Ia menyarankan yang harus dilakukan sekarang selain memperbaiki belanja adalah pemerintah harus membeli kembali (buyback) beberapa Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi yang pernah dilelang.
"Harus dibeli kembali kemudian ditukar dengan utang luar negeri, nah itu salah satu cadangan yang bisa menguatkan nilai tukar kita. Karena saat ini nilai tukar kita lebih terpengaruh oleh portofolio, jadi keluar masuknya uang. Kalau diganti dengan utang luar negeri cenderung bisa stabil," jelasnya.
No comments:
Post a Comment