Thursday, August 13, 2015

Bila Rupiah Melemah Lagi Sebesar Rp. 200 Maka Perbankan Indonesia Dalam Bahaya

Sektor keuangan dalam negeri tengah tertekan akibat guncangan perekonomian global. Utamanya, dampak dari kebijakan pemerintah China sengaja melemahkan mata uang Yuan untuk menggenjot ekspor. Dampaknya, rupiah terus merosot hingga di kisaran Rp 13.800. Ini tentu akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan dalam negeri.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, pihaknya sudah melakukan uji ketahanan atau stress test di level tertentu untuk memastikan kondisi perbankan masih terkendali. Hasil stress test menunjukkan, dolar AS di level Rp 14.000 sekali pun, kondisi perbankan Indonesia masih aman.

"Bank Mandiri sudah lakukan stress test. Ada low case, medium, high case. Kalau sekarang Rp 13.800, nggak mungkin dong stress test di Rp 13.500, pasti stress test-nya kan minimal di Rp 14.000. Itu stress test-nya kita sudah hitung-hitung, kondisi perbankan Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dulu," jelas Budi saat ditemui di Gedung BUMN, Jakarta, Kamis (13/8/2015).

Dia menjelaskan, pihaknya melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi tekanan perekonomian global ini. Jika tidak diantisipasi dari awal, kemungkinan kualitas kredit akan lebih memburuk.

"Makanya kita sudah tahu bahwa kita masih melakukan beberapa langkah untuk siap-siap, dari hasil stress test kita lihat bahwa kredit bisa memburuk kualitasnya," terangnya. Meski demikian, Budi menambahkan, secara permodalan perbankan Indonesia masih dalam keadaan sehat. Rata-rata rasio kecukupan modal mencapai angka di atas 15%, jauh melebihi batas maksimum CAR yaitu 8%.
"Modal bank Indonesia sangat kuat dibandingkan 1998, 2002, modalnya sangat kuat. Kondisi permodalanalhamdulillah bank-bank kita kuat-kuat, likuiditas baik, memang akan terjadi penurunan kinerja," katanya.

Kinerja perusahaan-perusahaan terbuka khususnya perbankan tengah menurun merespons kondisi perekonomian yang tengah bergejolak.  Bank Mandiri melakukan berbagai cara penghematan agar kinerja tetap baik meskipun perekonomian sedang sulit. Misalnya saja fasilitas para petingginya yang diturunkan. "Misal Dirutnya terbangnya mesti pakai yang hemat, kamar hotel meski pakai kamar yang biasa jadi banyak langkah-langkah penghematan yang akan kita lakukan sehingga bisa hemat beberapa ratus miliar," kata Budi.

Budi menjelaskan, sejauh ini kondisi perbankan dalam negeri termasuk Bank Mandiri masih dalam kondisi terkendali meskipun rupiah terus melemah di posisi Rp 13.800 per dolar AS. Namun, jika pelemahan ini terus terjadi, maka kemungkinan kualitas kredit bisa semakin memburuk.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Posisi dolar sudah menembus Rp 13.800, meski saat sudah kembali ke Rp 13.745. Perbankan diminta melakukan tes tekanan (stress test) hingga bisa dinilai, sampai level rupiah berapa, perbankan masih bisa menahan tekanan.

"Di level berapa bisa saja namanya skenario, bisa ekstrem bisa tdak, tapi kan harus make sense, bisa Rp 15.000 atau Rp 14.000," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad, saat ditemui di Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Muliaman menjelaskan, pihaknya dengan otoritas terkait selalu memantau perkembangan gerak rupiah dengan melakukan tes tekanan ini. Hasilnya, perbankan Indonesia tahan terhadap gejolak pasar keuangan.

"Saya minta pengawas turun ke bank rutin dan melihat berbagai macam kegiatan dan mendiskusikan rencana kerja. Stress test bersama-sama dengan koordinasi kami. Kami yakin daya tahan daya serap terhadap berbagai macam gejolak baik karena kecukupan modalnya terpenuhi," terang dia. Muliaman menyebutkan, saat ini tingkat risiko kredit perbankan masih di level aman. Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) nett tercatat 1,25% dan NPL gross 2,55%. "NPL naik tapi kan bisa diatasi. Kami sudah antisipasi," kata Muliaman.

No comments:

Post a Comment