People's Bank of China (PBoC) atau Bank Sentral China dengan sengaja sudah melemahkan mata uang yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dalam tiga hari ini yuan sukses jatuh sampai 4,65%
Bos Mayapada Group, Dato Sri Tahir mulai merasa cemas atas kebijakan yang dilakukan oleh Negeri Tirai Bambu tersebut. Terutama sejak beberapa hari lalu, ketika dalam sehari yuan melemah sampai 2%.
"Saya lihat yang harus dicermati adalah China. Karena agak aneh dalam satu hari mendevaluasi 2%, itu jarang dilakukan. Jadi kita harus cermati apa yang terjadi di Tiongkok," jelasnya di Istana Negara, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Tahir mengakui, devaluasi menjadi pilihan ketika negara inginkan ekspornya meningkat drastis. Agar ekonomi dapat kembali menggeliat tumbuh. Tapi sekarang kondisinya, semua negara juga inginkan pertumbuhan yang lebih tinggi.
Baik itu dari Eropa , Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, Jepang dan bahkan negara-negara berkembang lainnya. Sulit bagi China untuk mencapai tujuannya. Sekarang justru malah menimbulkan ketidakpastian bagi investor di pasar keuangan. Orang terkaya nomor 11 di Indonesia berdasarkan data Forbes, dengan harta kekayaan US$ 1,74 miliar, atau sekitar Rp 22,6 triliun ini mulai khawatir dengan kondisi tersebut.
"Kita lihat banyak hal-hal yang kemudian akhirnya cukup mengkhawatirkan," ujarnya. Pada sisi lain, Tahir menambahkan, ekonomi China tumbuh tinggi dalam beberapa tahun terakhir, sebelum melemah ke level sekitar 7% saat sekarang. Pembangunan yang sudah digenjot cukup cepat, tidak terkontrol dengan baik.
"Kita masih mencermati apa yang terjadi dengan China, kalau menurut saya karena dia kerja high speed rail way, bangun tol berlebihan, sekarang di setop, pabrik baja babak belur, unitnya semua bapak belur, sehingga nggak beli baja dan batu bara lagi. Karena over ekspansi. Ini perlu dicermati," papar Tahir.
No comments:
Post a Comment