Minimnya makanan pedas di Yogyakarta membuat Yoyok Heri Wahyono memiliki ide membuka warung makan dengan cocolan sambal bernama Waroeng Spesial Sambal (SS). Kini gerainya berbiak hingga 74 di berbagai daerah. Kegemaran Yoyok Heri Wahyono akan sambal mengantarkan pria ini menjadi pengusaha kuliner yang fokus menjajakan menu aneka sambal sebagai daya tarik produknya. Lewat bendera usaha Waroeng Spesial Sambal (SS), Yoyok menciptakan inovasi aneka menu sambal yang bisa dipilih para penggemar sambal.
Ide usaha mendirikan usaha ini juga didorong oleh minimnya makanan yang memiliki sambal pedas sesuai keinginannya yang bisa didapatkan di Yogyakarta. Di kota ini umumnya memang makanan yang populer memiliki rasa manis. Bahu membahu bersama teman-temannya, Yoyok mendirikan gerai WSS sederhana di sekitar kampus UGM Yogyakarta pada tahun 2002.
Secara berkala Yoyok menghasilkan innovasi-innovasi menu sambal terbaru. Dari awalnya hanya menawarkan sekitar 12 macam sambal, kini menu sambal di restorannya sudah berkembang hingga 32 macam. Yoyok membalut sambalnya dengan nama yang unik agar lebih menarik. Contohnya, sambal sport yang merupakan sambal terasi segar, serta sambal smack down yang terbuat dari belut.
Sambal bisa dipilih sebagai pendamping lauk pauk dan nasi dengan tingkat kepedasan di atas rata-rata. Menu pendamping seperti ayam goreng, babat goreng, jamur tepung, telur dadar, paru goreng, iso goreng, tahu, tempe, daging goreng, aneka tumis sayur, pecel sayur, dan masih banyak lagi. Ternyata, sajian sambal Yoyok berhasil memikat banyak lidah.
Dari hanya memiliki dua sampai tiga pegawai, saat ini karyawannya sudah hampir mencapai 2.000 orang. Dengan menjalankan sistem kemitraan usaha untuk membiakkan gerainya sejak tahun 2005 silam, kini sudah ada total 74 cabang WSS yang sudah beroperasi. Gerainya tersebar di 34 kota di Pulau Jawa seperti Solo, Malang, Kediri, dan di Bali.
Bermula dari hanya gerai di kaki lima, gerai WSS sudah mengunakan bangunan permanen seiring perkembangan usaha yang positif. Desain dalam ruangan gerainya ditata dengan gaya unik yang dipenuhi tulisan-tulisan nyeleneh. Yoyok memiliki dapur terpadu di Yogya untuk memasok makanan setengah matang ke gerai-gerainya di Yogya.
Harga menu sambal dibanderol mulai dari Rp 1.500 hingga Rp 6.000 dan untuk menu lauk-pauk berkisar Rp 15.000 per porsi. Tiap gerai bisa mencetak omzet jutaan rupiah per hari. Bisa dibayangkan omzet keseluruhan gerai yang telah beroperasi mencapai ratusan juta rupiah saban bulan. Awalnya dia menyasar segmentasi pelanggan kalangan mahasiswa dengan menjajakan harga jual murah dan membuka usaha di daerah kampus. Namun, seiring berkembangnya waktu segmentasi pasarnya bergeser menjadi kalangan masyarakat yang sudah berkeluarga.
Memiliki menu makanan yang enak, pelayanan yang ramah serta lokasi yang strategis menjadi fokus Yoyok yang identik dengan sebutan Mr. Huuh Haah ini dalam mengembangkan gerai WSS. Itu sebabnya, Yoyok sangat menjaga kualitas bahan baku tiap menu yang dijajakan di setiap gerainya.
Menghadapi masa sulit ketika kuliahnya tidak kunjung kelar, Yoyok harus mencari penghasilan untuk menyambung hidup. Bersama teman-temannya dia lantas membuka Waroeng Spesial Sambal (SS) di areal kampus UGM. Merintis usaha di bidang kuliner awalnya dijalani Yoyok Hery Wahyono sebagai cara untuk menyambung hidup. Sebagai mahasiswa UGM jurusan teknik kimia UGM kala itu yang tidak kunjung lulus, Yoyok harus putar otak untuk bisa memiliki pendapatan.
Dia pernah menjadi bagian dari tim sebuah event organizer. Namun, pendapatannya tidak sebanding dengan tenaga serta waktu yang dikeluarkan. Akhirnya Yoyok mencoba peruntungan bersama beberapa temannya untuk membuka bisnis kuliner kecil-kecilan. Memasak dan menyantap makanan pedas yang menjadi kegemarannya membuat Yoyok dia salurkan dalam usahanya ini. Dia belanja ke pasar sendiri dan mulai bereksperimen membuat berbagai macam varian sambal yang kemudian dicoba oleh teman-teman kosnya.
Rata-rata komentar teman-temannya positif. "Jika dari 11 teman saya masih delapan orang yang bilang enak dan sisanya tidak, saya tidak puas akan terus berusaha hingga ke-11 teman bisa bilang enak semua," ucap Yoyok. Dengan bermodalkan uang senilai Rp 9 juta hasil tabungan dan pinjam dari saudaranya, akhirnya berdirilah Waroeng Spesial Sambal (SS) pada 20 Agustus 2002 yang berupa warung tenda kaki lima di trotoar sebelah Graha Sabha Pramana UGM. Ternyata, respons konsumen bagus.
Dalam sebulan warung tenda miliknya sudah memiliki pelanggan tetap. Umumnya penggemar Warung SS ini adalah kalangan mahasiswa yang sangat merindukan makanan rumahan dengan harga yang pas di kantong. Kala itu, omzetnya bisa mencapai Rp 1,5 juta saban hari. Yoyok saat itu mengandalkan promosi dari mulut ke mulut untuk memperkenalkan usahanya kepada masyarakat. Sebagai pebisnis pemula, di tahun pertama dia hanya fokus memikirkan bagaimana memproduksi dan menghasilkan uang. Yoyok belum memiliki keterampilan untuk bagaimana mengatur keuangan dengan baik.
Sehingga di tahun-tahun berikutnya, pria kelahiran Boyolali ini berpikir keras untuk menabung dari bisnisnya ini agar gerainya bisa cepat berkembang. Dia akhirnya bisa membuka gerai kedua Waroeng SS yang buka di daerah Condong Catur. Melihat perkembangan yang baik, kemudian dengan modal patungan bersama beberapa temannya Yoyok kembali membuka cabang Waroeng SS ketiga di daerah Seturan.
Dalam empat tahun pertama Waroeng SS masih mengembangkan cabang di regional Yogyakarta saja. Lalu memasuki tahun kelima, Yoyok mulai melakukan ekspansi cabang-cabang hingga ke Solo, Semarang, Purwokerto, Kediri, Malang, dan kota lain di pulau Jawa dan Bali. Pada tahun ke empat dan kelima Yoyok bilang, Waroeng SS sudah memiliki konsep dalam bangunan permanen dan bukan warung tenda lagi.
Dia sempat menawarkan sistem kemitraan usaha, namun setahun berjalan konsep ini dirasa kurang pas dengan dirinya karena sulitnya menjaga kualitas di setiap gerai. Akhirnya, dia tidak melanjutkan penawaran namun mitra usaha yang sudah terlanjur bergabung masih tetap menjalankan usaha ini.
No comments:
Post a Comment