Saturday, August 15, 2015

Mekanisme Baru Perhitungan Yuan dan Akibatnya Pada Harga dan Ekspor Komoditas Dunia

Pada Selasa (11/8), Bank Sentral Tiongkok memberlakukan mekanisme baru dalam menetapkan kurs dollar Amerika Serikat terhadap renminbi atau yuan. Mekanisme yang baru itu berdasarkan harga terakhir di pasar serta supplydan demand serta perubahan dari mata uang utama.

Selama dekade terakhir ini, People's Bank of China (PBOC) menggunakan penjangkaran renminbi (RMB) serta menetapkan batas atas dan bawah RMB untuk menjaga nilai tukar RMB tidak berfluktuasi. Dengan mengubah mekanisme penetapan mata uang RMB ini, tampaknya PBOC akan lebih mengadopsi nilai tukar yang ditentukan pasar. Penentuan ini akan mencerminkan ekspektasi pelaku pasar, terutama di pasar spot, pada level berapa RMB akan diperdagangkan. Dalam satu pekan ini, RMB sudah melemah lebih dari 4 persen. Cara baru ini akan menciptakan patokan untuk menentukan kurs RMB yang lebih berorientasi pasar. RMB akan lebih dapat diterima untuk masuk ke dalam SDR (special drawing rights)Dana Moneter Internasional (IMF) di masa depan.

SDR sebenarnya bukan mata uang, melainkan di masa yang akan datang dapat menjadi mata uang yang dapat digunakan di negara anggotanya. Isi SDR adalah euro, yen, poundsterling, dan dollar AS. Pemeringkat Fitch berpandangan bahwa proses tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki kekurangan Tiongkok. Dengan membuat pasar lebih bebas tentu ada risikonya, tetapi perhitungan pemerintah tampaknya tidak melakukan apa-apa merupakan risiko yang lebih besar lagi.

Dengan RMB yang lebih berorientasi pasar, hot money akan keluar dari Tiongkok. Perekonomian Tiongkok juga akan melemah sehingga Tiongkok yang sebelumnya memerlukan banyak bahan baku mentah dari sejumlah negara akan semakin sedikit mengorder bahan baku. Akibatnya, pelemahan RMB ini berdampak buruk bagi negara pengekspor komoditas, seperti Indonesia, Malaysia, Australia. Pekan ini, kurs ringgit melemah hingga ke titik terendah selama 17 tahun terakhir terhadap dollar AS. Perang mata uang ini juga akan menambah beban mata uang di kawasan.

Negara yang sensitif terhadap pergerakan valuta asing akan mengalami tekanan pertumbuhan ekonomi. Rupiah pun tidak berdaya dan terus melemah melewati Rp 13.700 per dollar AS. Apa yang dilakukan para investor menghadapi hal ini? Pada saat pasar sedang berada di tren penurunan, banyak orang yang panik. Ketika panik, keputusan investasi yang diambil lebih mungkin salah ketimbang benar.

Paling bijak adalah mengamankan aset ketimbang mencari keuntungan. Pagu keuntungan dan kerugian harus dikontrol dengan ketat. Saat-saat pembalikan harus dinanti dengan sabar. Oleh karena itu, memiliki uang tunai adalah senjata yang baik karena sewaktu-waktu investor dapat masuk ke pasar jika harga saham sudah menurun. Bank Sentral Tiongkok menyatakan tidak ada alasan mendasar untuk membiarkan renminbi atau yuan kembali terdepresiasi. Kurs RMB masih terus melemah pada hari ini setelah dua hari lalu bank sentral melakukan devaluasi.

Bank Rakyat Tiongkok (PBOC), Kamis (13/8), menyatakan, bahwa dengan lingkungan ekonomi yang baik, surplus yang berkelanjutan, posisi fiskal yang baik serta cadangan devisa yang banyak merupakan faktor yang mendukung kurs RMB. Pernyataan tersebut memberi ketenangan sehingga pasar saham dan pasar valuta asing lebih tenang hari ini.

Keputusan Tiongkok untuk melakukan devaluasi mata uangnya Selasa lalu menimbulkan kekhawatiran akan memicu perang mata uang. Selain itu, pasar finansial global juga akan bergolak dan menarik nilai mata uang di kawasan Asia menjadi lebih rendah. Bank Sentral Tiongkok menurunkan patokan kurs resmi sebesar 2 persen. Para politisi di Amerika Serikat menuduh Beijing mendukung ekspornya dengan cara yang tidak adil.

Bank Sentral Tiongkok juga mengatakan bahwa langkah yang mengejutkan itu hanya merupakan langkah yang diambil sekali saja. Akan tetapi, sumber-sumber yang berasal dari pemerintahan mengatakan, bahwa ada desakan untuk membuat kurs yuan menjadi lebih rendah lagi. Devaluasi yang direncanakan mencapai 10 persen. Wakil Gubernur Bank Sentral Tiongkok, Yi Gang, mengatakan, bahwa berita itu tidak mendasar.

Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menyatakan, bahwa depresiasi Yuan semakin mendesak perekonomian global dan membuktikan bahwa otoritas setempat tetap berkomitmen melakukan kebijakan yang pro pasar. Komitmen ini sering ditanyakan setelah Beijing melakukan intervensi besar ketika pasar saham jatuh Juni lalu.

Bank Sentral Tiongkok mematok 1 RMB setara dengan 6,4010 dollar AS sebelum pasar dibuka. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang sebesar 6,3306. Di pasar spot, RMB dibuka pada posisi 6,3880 per dollar AS dan menjadi 6,4076 per dollar AS.

No comments:

Post a Comment