Dalam kunjungannya ke salah satu peternakan rakyat atau mandiri, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman heran dengan keluhan peternak yang mengaku rugi. Padahal harga jual masih di atas harga pokok produksi (HPP). "Saya ini heran sama Bapak, kalau untung bapak diam-diam saja. kalau rugi baru ngomong, baru teriak-teriak, selama ini ke mana saat untung?" Tanya Amran ditemui di peternakan ayam di Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal, Sukabumi, Selasa (6/10/2015).
Menurut Amran, dalam siklus bisnis ada saatnya menderita kerugian. Kendati demikian, Ia heran margin yang tipis, masih dianggap sebagai rugi oleh peternak. Dipeternakan berkapasitas 20.000 ekor ayam tersebut, Amran sendiri menghitung biaya produksi masih terdapat margin buat peternak.
"Bapak tadi sudah saya hitung, itu untung Rp 2.000 per ekor masa dibilang rugi. Kalau untung 10% yah itu untung namanya, masa iyah untung harus 30-40% margin," ujar Amran. Amran mengaku memahami kondisi peternak di tengah merosotnya harga akibat banjir pasokan dari peternakan besar. Dirinya pun sudah mengambil langkah dengan meminta perusahaan peternakan besar memusnahkan 6 juta ekor ayam indukan (parents stock).
"Bapak minta dikurangi, jauh hari sebelum Bapak minta, kami sudah sepakat dengan pengusaha musnahkan 6 juta parents stock. Itu tidak kecil, nilainya Rp 3-6 triliun. Kami selalu berpihak ke rakyat," tegas Amran. Amran meminta peternak kecil bersabar dan tak perlu banyak mengeluhkan harga ayam saat ini. Diungkapkannya, sebelum harga turun sejak 2 bulan terakhir, para peternak sudah menikmati untung sejak awal tahun.
"Di saat untung ingat kita. Bagaimana Bapak bisa bilang rugi, jangan sampai azab turun, Bapak mungkin belum bayar zakat. Saya pernah jadi petani, jangan bilang rugi," kata Amran. Pemerintah Presiden Joko Widodo, sambung Amran, serius membantu petani dan peternak sebagai prioritas pembangunan ekonomi. "Sekarang bunga kredit usaha rakyat (KUR) hanya 12%. Dulu bunga 22%, itu bentuk perhatian pemerintah," tutupnya.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, blusukan ke kandang ayam milik peternak. Kali ini, Menteri asal Makassar tersebut mendatangi peternakan rakyat di Desa Pulosari, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Sukabumi. Di dalam kandang, Amran menerima banyak keluhan dari Annak Iskandar alias Anda, salah seorang pemilik peternakan ayam rakyat. Anda mengeluhkan naiknya harga pakan ayam dari produsen sejak 2 bulan lalu.
"Pakan Rp 7.400/kg, sebelumnya Rp 7.200/kg. Malah katanya mau naik lagi, ini buat biaya pakan jadi tinggi," kata Anda saat ditemui Mentan di kandang miliknya, Selasa (6/10/2015). Menanggapi keluhan tersebut, Amran menjawab bahwa kenaikan pakan ayam disebabkan kebijakannya memperketat impor jagung. Tujuannya, agar produsen pakan ternak menyerap sebanyak-banyaknya jagung petani lokal.
Sebagai informasi, jagung menjadi bahan baku utama industri pakan ternak, khususnya pakan ternak ayam. "Soal harga pakan naik Rp 200/kg, itu baru Rp 200/kg bapak sudah teriak-teriak. Itu naik sedikit wajar, saya perjuangkan petani jagung dulu harganya Rp 1.500/kg, sekarang jadi Rp 2.700-3 000/kg. Mahal sedikit karena kita nggak impor," ungkap Amran.
Amran meminta kenaikan tipis harga pakan ayam dilihat sebagai hal positif. "Lihat sisi positifnya, ini sekaligus bantu petani kita," terangnya. "Naik Rp 200 perak pakan ayam tidak apa-apa. Tapi kita tidak impor, ada 26 juta petani jagung, saya cari keseimbanganya, kalau harga di petani murah kita ekspor jagung. Dan Alhamdulillah sudah ekspor (jagung)," tutur Amran.
Selain itu, menurut Amran, dari hitung-hitungan yang dilakukannya, harga pakan ternak yang saat ini dipatok Rp 7.400/kg masih memberikan selisih untung untuk peternak. "Bapak tadi sudah saya hitung, itu untung Rp 2.000/ekor masa dibilang rugi. Saya hitung biaya produksinya Rp 16.000/kg, sementara Bapak jual Rp 18.000-19.000/kg. Itu ada untung Rp 2.000," pungkas Amran.
No comments:
Post a Comment