Direktur Umum Lion Air yang juga anggota INACA, Edward Sirait menyayangkan kurangnya bengkel perbaikan pesawat di Indonesia. Saat ini cuma ada tiga bengkel besar yang dimiliki Garuda Indonesia, Pelita Air serta Merpati Nusantara Airlines.
Jika dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia, Indonesia sangat ketinggalan. Negara yang luasnya lebih kecil dari Indonesia tersebut mempunyai lima bengkel besar dan masih banyak bengkel pesawat medium dan kecil.
"Kita juga ada bengkel kecil kecil. Tapi Malaysia buat Maintenance, repair, and operations (MRO) atau hanggar besar ada 5. Hanggar kita 3 cuma. Betul betul berkembang cuma milik Garuda Indonesia, yaitu GMF," ucap Edward dalam rapat bersama Komisi XI DPR di Senayan, Jakarta, Rabu (11/6).
Krisis bengkel ini berbanding terbalik dengan pesatnya pertumbuhan pesawat terbang di Indonesia. Saat ini saja sudah ada 700 pesawat terbang dan masih akan bertambah. "Lion kita rencana membangun hanggar di Batam tapi ada hambatan juga. Lahan ini pemerintah dan penyewaan butuh waktu panjang dan harus sampai ke Kemenkeu."
Selain itu, dalam mengembangkan bengkel pesawat adalah masalah sertifikasi. Untuk mendapatkan sertifikasi membutuhkan waktu cukup lama dan tidak bisa instan. Keunggulan Indonesia dibandingkan Malaysia, ada di lahan, tenaga kerja. "Jumlah pesawat tahu 2020 diperkirakan bisa mencapai 1.200 pesawat kalau pertumbuhan penumpang 15 persen per tahun," katanya.
Direktur Utama Citilink yang sekaligus Ketua INACA Arif Wibowo mengakui Indonesia masih kekurangan hanggar perawatan pesawat. Bahkan untuk maintenancepesawat harus keluar negeri dan tidak bisa ditangani di dalam negeri. "Citilink saja kita memang harus keluar negeri ke negara tetangga," ujarnya.
No comments:
Post a Comment