Sudah bukan sesuatu yang aneh apabila harga daging ayam meroket jelang bulan Ramadhan tiba. Namun ternyata, keuntungan terbesar dari kenaikan harga ayam tersebut tidak dinikmati peternak melainkan oleh makelar.Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), para makelar diuntungkan karena sistem distribusi perdagangan ayam sangat panjang. "Harga ayam jelang Ramadhan naik terus, siapa yang untung? Bukan peternak, tapi broker-broker itu," ujar Ketua Komisioner KPPU, Sukarmi, di Jakarta, Senin (23/6/2014).
Dia menjelaskan, saat ini sistem distribusi perdagangan ayam sangat panjang. Menurutnya ada delapan tahapan sebelum ayam sampai ke konsumen yaitu dari perternak, industri, broker besar, broker kecil, pengepul, lapak, pedagang dan konsumen. Sistem distribusi tersebut menurut Sukarmi membuat banyaknya aksi spekulan dari para broker dalam menentukan harga jual ayam. Akibatnya, selisih harga jual ayam dari peternak ke konsumen menjadi sangat jauh.
Oleh karena itu, KPPU berniat untuk memotong mata rantai yang merugikan peternak tersebut dengan melakukan kerjasama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Peternakan. Sudah empat bulan belakangan, peternak mengalami kerugian karena harga daging ayam rendah dipasaran. Oleh karena itu, Kemendag memberikan ruang kepada peternak untuk menaikan harga jual sebelum Ramadhan.
"Itu karena kita inginkan pada lebaran harganya nggak naik melonjak tinggi, jadi peternak diberi ruang dulu naik sekarang sedikit karena peternak selama ni dalam 4 bulan rugi terus, nah kalau dia rugi terus nanti dilebaran karena permintaan meningkat dia akan genjot harga tinggi sekali jadi itu akan merugikan konsumen," ujar Bayu Krisnamukti, Wakil Menteri Perdagangan, di Jakarta, Rabu (26/5/2014).
Bayu menjelaskan, dampak kenaikan harga daging ayam tersebut kepada peternak sudah mulai dirasakan sekarang. Menurutnya, peternak mendapatkan keuntungan dari naiknya harga daging dipasaran. "Sekarang sudah ada rasa sedikit keuntungan jadi tidak ada perlu harus memaksa kenaikan tinggi pada saat lebaran itu langkah yang strtegis," jelasnya. Dengan naiknya harga daging ayam, Bayu memprediksi harga daging ayam pada bulan ramadhan tidak akan naik terlalu tinggi. Kenaikan akan lebih bertahap dan relatif terkontrol oleh pemerintah.
"Harganya turun tidak, tetapi mudahan-mudahan naiknya tidak terlalu tinggi, jangan sampai ada lonjakan terlalu tinggi yang tidak perlu dan rasional. Saya kira naiknya ke level Rp 14.000-Rp 17.000 per kg di peternak, kemudian menjelang itu Ramadhan naik jadi Rp 19.000 sehingga di harga konsumennya sekarang naik menjadi Rp 26.000, Rp 27.000 atau Rp 28.000 nanti naiknya di Rp 29.000 sampai Rp 30.000, jadi tidak terlalu loncat," tandasnya.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengungkapkan, broker atau makelar distribusi perdagangan ayam sangat meresahkan pedagang. Bahkan, ada yang sampai mengintimidasi pedagang ayam. "Ada intimidasi oleh broker kepada pedagang di pasar-pasar, Mereka (pedagang ayam) diteror, akhirnya mereka tidak kuat dan terpaksa membeli," ujar Ketua Komisienor KPPU, Sukarni, di Jakarta, Senin (23/6/2014).
Sukarni menjelaskan, bentuk intimidasi tersebut ditujukan kepada pedagang agar membeli ayam dari para broker yang kebanyakan merupakan pengelola pasar. Selain itu, pedagang juga diwajibkan menjual ayam dengan harga yang sesuai dengan broker. Bentuk intimidasi dan teror yang dilakukan broker kepada pedagang berupa ancaman menggunakan senjata tajam. Sukarni mengatakan, para broker sampai membawa parang untuk mengancam para pedagang ayam.
Tindakan yang dilakuan broker tersebut sulit untuk diatasi oleh Kementerian Perdagangan karena tidak adanya aturan hukum mengenai aksi broker individual tersebut. Oleh karena itu Sukarni mengatakan KPPU akan berperan aktif dalam menindak broker-broker ayam tersebut karena dalam UU No 5 tahun 2009 (KPPU) ada kewenangan yang menyatakan bahwa orang per orang yang terlibat dalam ekonomi termasuk dalam kategori pengelola usaha.
No comments:
Post a Comment