Wednesday, June 11, 2014

Target Pertumbuhan Indonesia 2015 Tidak Realistis

Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa, Setyo Budiantoro menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 – 5,15 persen yang ditetapkan pemerintah memang terasa tidak realistis. Menurut dia, di tengah kondisi perlambatan ekonomi dunia yang masih dialami Amerika Serikat dan Cina kinerja ekspor dalam negeri dipastikan akan mengalami penurunan. “Ketika perekonomian AS dan Cina belum pulih, permintaan ekspor tentu juga akan berkurang,” katanya di Jakarta, Rabu, 11 Juni 2014.

Setyo menjelaskan, Elnino dan cuaca kemarau panjang juga mengancam target pertumbuhan produksi beberapa komoditas pertanian seperti kelapa sawit, karet dan kopi. Suplai air yang tidak normal, diyakini akan membuat tanaman terganggu dan menurunkan kapasitas produksi yang dimiliki oleh ketiga komoditas pertanian tersebut. “Kinerja ekspor kemungkinan juga terganggu Elnino dan kemarau panjang,” ujarnya.

Agar target pertumbuhan ekonomi tercapai, Setyo pun menyarankan pemerintah untuk fokus menangani sektor perekonomian yang mampu menyerap tenaga kerja, seperti pertanian. Alasannya, bila banyak lapangan pekerjaan yang tersedia, maka hal itu tentu akan berdampak pada meningkatnya permintaan konsumsi. “Sektor pertanian itu kunci untuk memicu pertumbuhan dan mendorong pemerataan ekonomi.”

Riset yang dilakukan Perkumpulan Prakarsa menyebutkan bila sektor pertanian dioptimalkan, maka akan ada 1,5 juta lapangan pekerjaan yang mampu tersedia. Secara kuantitatif, jumlah tersebut dapat menutupi kebutuhan impor bahan pokok sepanjang 2013 sebesar US$ 8,6 miliar. Pemerintah menargetkan pertumbuhan tahun depan di angka 5,5-6 persen. Membaiknya perekonomian global menjadi rujukan pemerintah dalam pengajuan pokok rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 yang dibahas DPR hari ini.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan penyusunan APBN 2015 didasarkan pada asumsi dasar ekonomi makro yang meliputi pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, dan suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, harga minyak mentah Indonesia, hingga lifting minyak dan gas bumi juga menjadi acuan.

"Laju pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan berada di kisaran 5,5-6 persen," ujarnya dalam Sidang Paripurna DPR, Selasa, 20 Mei 2014. Ia menyatakan penyusunan APBN 2015 ini ditujukan sebagai pijakan pemerintahan baru sehingga pelayanan kepada masyarakat tetap berlangsung. "Diharapkan mampu memberikan ruang gerak bagi mereka sesuai program kerja yang dilaksanakan," ujarnya.

Chatib menyatakan tahun depan angka inflasi diprediksi berada di kisaran 4 hingga plus minus 1 persen. Untuk menjaganya, ucap dia, perlu jaminan pasokan kebutuhan masyarakat, perbaikan distribusi, serta optimalisasi instrumen moneter dan fiskal. "Faktor koordinasi pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci agar pencapaian terjaga," ujarnya.

Di lain pihak, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih dipengaruhi bauran beberapa faktor, baik dari luar dan dalam negeri. Chatib memprediksi nilai tukar rupiah tahun depan bergerak relatif stabil di kisaran Rp 11.500-Rp 12.000 per dolar AS. "Membaiknya koordinasi pemulihan ekonomi global seperti G20 memberikan transparansi bagi pasar keuangan global," kata dia.

Sedangkan untuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan yang dijadikan sebagai landasan pembayaran bunga utang, diperkirakan berada pada 6,0-6,5 persen atau sedikit lebih tinggi dari perkiraan 2014. Terakhir, faktor dasar penentu ekonomi makro, yakni rujukan rata-rata minyak ICP, diperkirakan berada kisaran US$95-110 per barel, lifting minyak sekitar 900.000-920.000 barel per hari, dan untuk lifting gas bumi mencapai 1.200.000-1.250.000 barel setara minyak per hari.

No comments:

Post a Comment