Thursday, June 19, 2014

62 Persen Tenaga Kerja Manufaktur Indonesia Lulusan SMP

Menteri Perindustrian, Mohammad Sulaeman Hidayat, menyatakan bahwa 62,6 persen tenaga kerja industri manufaktur pada 2013 adalah lulusan sekolah menengah pertama. Untuk meningkatkan kualitas SDM di dunia industri, Kementerian Perindustrian akan melakukan pelatihan dan pendidikan.  "Dari total 15,73 juta orang tenaga kerja di industri ini, 9,79 juta adalah lulusan SMP," kata dia saat memberi kata sambutan dalam peluncuran buku Tapak Pengembangan Industri Nasional di Jakarta, Kamis, 19 Juni 2014.

Namun, menurut Hidayat, secara keseluruhan jumlah tenaga kerja di sektor industri manufaktur terus mengalami peningkatan. Pada 2012, hanya 15,37 juta orang yang bekerja di industri tersebut, tapi naik menjadi 15,73 juta orang pada tahun berikutnya.

Ada berbagai langkah yang dilakukan Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan kualitas SDM. Antara lain fasilitas diklat sistem 3 in 1 yaitu pelatihan, sertifikasi, dan penempatan, pelatihan kewirausahaan, serta pembangunan pusat pendidikan dan pelatihan industri di wilayah pusat pertumbuhan industri.

"Di sisa waktu pemerintahan ini, kami akan terus berupaya agar tenaga kerja Indonesia memiliki daya saing yang tinggi," kata Hidayat. Separuh tenaga kerja di Indonesia berpendidikan sekolah dasar dan di bawahnya. Tenaga kerja di Indonesia berjumlah 109 juta jiwa dan sebanyak 54,2 juta lulusan SD. "Jadi bayangkan rendahnya kualitas tenaga kerja kita," kata Staf Ahli Khusus Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, Sabtu, 15 September 2012. 

Dita mengatakan, tenaga kerja di Indonesia terserap ke tiga tempat, menjadi buruh migran, ke perusahaan, dan sektor informal. Tenaga yang masuk perusahaan atau pabrik mayoritas berpendidikan minimal SMA. Dita menduga, tenaga kerja yang berpendidikan SD atau SMP banyak yang menjadi TKI dan di sektor informal.

Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) M. Jumhur Hidayat membenarkan ucapan Dita. Ia mengatakan banyak buruh migran yang minim pendidikan. "Minim pengalaman, tidak profesional," kata Jumhur. Mereka yang menjadi buruh migran adalah orang yang tidak terserap di dunia kerja karena tingkat pendidikan yang rendah.

Berdasarkan data Kemenakertrans pada 2011, 581.081 warga negara Indonesia bekerja ke luar negeri. Jumlah TKI formal yang ditempatkan ke luar negeri mencapai angka 264.756 orang atau 45,56 persen, sedangkan jumlah TKI informal ada sebanyak 316.325 orang atau 54,44 persen.

Adapun berdasarkan data BPS tahun 2011, ada 117 juta angkatan kerja yang terus yang ada di Indonesia. Ada 109 juta yang bekerja. Rinciannya, 41,5 juta tenaga kerja formal dan sisanya 68,2 persen tenaga kerja nonformal.

No comments:

Post a Comment