Chief Operating Officer PT Bakrie Telecom Tbk, Imanuddin Kencana Putra, mengatakan pihaknya menargetkan satu juta pelanggan baru pada 2014. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memberikan promo-promo terbaru untuk mengembalikan kepercayaan konsumen yang sempat turun.
"Ada beberapa produk baru, ada juga poin menang undian. Kami optimistis bisa capai target. Per Mei sudah mencapai 200 ribu pelanggan baru," kata Imanuddin kepada wartawan di Hotel Mandarin Oriental, Rabu, 18 Juni 2014. Oleh karena itu, perseroan mengalokasikan anggaran belanja modal sebanyak US$ 25-30 juta. Anggaran ini akan digunakan untuk pemeliharaan jaringan code division multiple access (CDMA) dan investasi bisnis baru, yakni over the top (OTT).
Bisnis baru tersebut merupakan mitra kerja Viva Grup sebagai hak siar Piala Dunia 2014. "Hingga kuartal 1 ini sudah terserap US$ 17,5 juta dan US$ 1 juta untuk investasi bisnis OTT," ujar Imanuddin. Pada tahun lalu, pelanggan operator Esia hanya sekitar 12,04 juta pengguna, atau naik 3,3 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 11,66 juta pelanggan. Jumlah tersebut terdiri dari pelanggan prabayar sebanyak 12 juta dan pasca bayar 39 ribu pada 2013.
Meski mengalami peningkatan jumlah pelanggan, pendapatan usaha kotor perusahaan mengalami sepanjang tahun lalu turun 18,1 persen menjadi Rp 2,43 triliun dibandingkan tahun 2012. Salah satu penyebab penurunan pendapatan usaha ini karena penurunan pendapatan jasa telekomunikasi yang turun sebesar 17,9 persen menjadi 2,19 triliun dari tahun 2012. "Pendapatan dari percakapan sangan dipengaruhi oleh perilaku konsumen yang banyak beralih ke sistem online," ujar Imanuddin.
Sebelumnya diberitakan dua perusahaan telekomunikasi operator CDMA masih mencatatkan kerugian. PT Smartfren Telecom Tbk membukukan kenaikan rugi bersih mencapai Rp 2,53 triliun sepanjang 2013. Rugi bersih ini naik 62,15 persen dari rugi bersih tahun 2012 sebesar Rp 1,56 triliun.
Begitu juga dengan PT Bakrie Telecom Tbk yang mencatatkan rugi bersih Rp 2,62 triliun di tahun 2013. Angka ini lebih baik dari tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi hingga Rp 3,1 triliun.
Head of Research KSK Financial Group, David Cornelis pernah mengatakan kondisi ini sejalan dengan banyaknya hambatan yang terjadi di dalam bisnis telekomunikasi. Salah satunya ialah kompetisi yang semakin ketat serta persaingan harga yang membuka ruang sempit untuk menjaring marjin keuntungan.
No comments:
Post a Comment