Tuesday, June 17, 2014

PT Malindo Feedmil Tbk Targetkan Kenaikan Penjualan 20 Persen Setelah Tahun Lalu Berhasil Naik 15 Persen

PT Malindo Feedmil Tbk. (MAIN) menargetkan kenaikan penjualan 20 persen tahun ini dengan ekspansi berupa pembangunan pabrik pakan di Semarang dan Makassar. Sekretaris Perusahaan MAIN, Rudy Hartono mengatakan, pabrik pakan yang berada di Semarang diperkirakan akan beroperasi bulan Juli mendatang.

"Pabrik pakan di Semarang dan Makassar akan meningkatkan kapasitas produksi sekitar 15 persen," kata Rudy usai melakukan rapat umum pemegang saham, di hotel Ritz Carlton, Jakarta Selasa, 17 Juni 2014. Pabrik di Semarang diharapkan mampu memproduksi pakan ternak 360 ribu ton per tahun. Pabrik di Makassar baru dimulai dibangun pada kuartal empat tahun ini dan diperkirakan rampung dalam satu tahun.

PT Malindo Freedmill Tbk mencatat kenaikan penjualan bersih sebesar 15 persen menjadi Rp 1,08 triliun pada kuartal pertama 2014. Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan bersih hanya mencapai Rp 941,86 miliar.  Menurut Rudy, perseroan yakin penjualan akan meningkat karena konsumsi ayam dan unggas dalam negeri masih cukup tinggi. Bahkan saat Lebaran nanti penjualan diperkirakan akan naik 15-20 persen.

Ketahananan bisnis ini, kata dia, sudah terbukti pada tahun 2008. Saat itu kondisi krisis lebih buruk daripada saat ini, namun industry poultry masih mampu tumbuh. Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur MAIN, Ong Beng Siong. Dia mengatakan pangsa pasar poultry atau unggas masih sangat besar. Hal ini juga didukung data bahwa tingkat konsumsi unggas di Indonesia masih rendah, yaitu berkisar 8 kilogram per kapita per tahun. Padahal beberapa negara lain rata-rata sudah mencapai 30 kg per kapita per tahun.

Konsumsi unggas, menurut Ong, akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan Gross Domestic Product tiap tahun sebesar 6 persen. Kenaikan harga berbagai macam komoditas nyatanya tak membuat pasar industri ini berkurang. Ini karena ayam dan telur merupakan sumber protein yang paling murah. "Bagaimanapun masyarakat akan tetap mengkonsumsi ayam dan telur," kata dia.

Apalagi dia menilai kedepan budaya fast food akan semakin meningkat. Mengenai adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Ong mengatakan, produk unggas tak terlalu terpengaruh karena produk poultry peternakan bukan prioritas ekspor. Mengenai perdagangan unggas non-olahan, kata Ong, saat ini susah diperdagangkan karena terbentur aturan bio-security antar negara yang cukup ketat.

Adapun yang saat ini sedang digagas oleh MAIN adalah perdagangan produk olahan dengan Jepang. "Konsumsi produk olahan seperti nugget di Jepang cukup tinggi, itu alasannya. Tapi sekarang masih kami jajaki dulu," kata Ong. PT Malindo Freedmill Tbk mencatat kenaikan penjualan bersih sebesar 15 persen menjadi Rp 1,08 triliun pada kuartal pertama 2014. Pada periode yang sama, penjualan bersih hanya mencapai Rp 941,86 miliar.

"Ini karena peningkatan penjualan beberapa produk, terutama pakan, ayam pedaging, dan day old child (DOC) atau anak ayam broiler," kata juru bicara PT Malindo Freedmill Tbk, Rudi Hartono, dalam siaran pers di situs resmi Idx.co.id, Sabtu, 14 Juni 2014.

Penjualan pakan meningkat 14 persen menjadi Rp 96 miliar, ayam pedaging naik 21 persen menjadi Rp 14 miliar, dan DOC naik 11 persen menjadi Rp 11 miliar. Selain itu, kenaikan pendapatan berasal dari kontribusi penjualan pengolahan makanan sebesar Rp 9 miliar sebagai produk lini baru.

Meski pendapatan mengalami kenaikan, laba usaha emiten bidang produksi dan penjualan pakan ternak ini mengalami penurunan. Laba usaha kuartal pertama 2014 turun 19 persen menjadi Rp 94,01 miliar, dibandingkan Rp 111,46 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan laba bersih juga mengalami penurunan 26 persen menjadi Rp 58,21 miliar dibanding kuartal pertama 2013 yang mencapai Rp 5,12 miliar.

Penurunan laba ini merupakan dampak melemahnya nilai tukar rupiah pada akhir 2013. Kurs rupiah anjlok 26 persen pada akhir tahun 2013, yaitu mencapai Rp 12.189 per dolar AS. Sedangkan pada akhir 2012, kurs rupiah hanya berkisar Rp 9.670 per dolar AS. Pelemahan kurs rupiah ini juga berakibat kenaikan harga pokok penjualan.

Demi mengembalikan kondisi keuangannya, Malindo Freedmill melakukan strategi hedging atau nilai lindung terhadap rupiah. Tak hanya itu, perseroan ini juga menerapkan manajemen pembelian bahan baku secara efektif, serta terus melakukan perluasan pangsa pasar.

No comments:

Post a Comment