Seperti tahun-tahun sebelumnya, datangnya hari puasa selalu diikuti dengan hadirnya pasar-pasar dadakan yang menjual beragam pangan jajanan untuk berbuka atau biasa disebut dengan takjil. Beragam jenis pangan tersebut di antaranya bakso, es buah, kolak, makanan gorengan, kerupuk, dan lauk pauk. Sayangnya, tidak ada yang menjamin soal mutu dan kualitas panganan tersebut.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahkan menemukan ada 297 pelanggaran takjil dalam pengawasan pangan jajanan buka puasa sepanjang tahun 2013. Takjil tersebut kebanyakan mengandung zat kimia yang tidak semestinya, seperti formalin, rhodamin, boraks, sakarin, dan benzoat.
"Takjil memang paling mudah yang dilanggar mutu dan kualitasnya di masyarakat," kata Kepala BPOM, Roy Sparringa dalam konferensi pers di kantornya, Kamis, 12 Juni 2014.
Dari 297 pelanggaran tersebut, pelanggaran tertinggi ditemukan pada kelompok kudapan, seperti bakwan, tahu goreng, batagor, empek-empek sebesar 40 persen. Menurut Roy, ada zat-zat yang seharusnya tidak digunakan dalam makanan ditemukan dalam produk-produk tersebut. "Seperti formalin untuk produk mi basah, sehingga masyarakat harus hati-hati.”
Selain itu, yang pelanggarannya juga cukup tinggi adalah kelompok makanan ringan sebesar 17 persen. Menurut Roy, pada kelompok-kelompok makanan tersebut digunakan zat kimia rodhamin sehingga membuat warna makanan menjadi mencolok. BPOM juga meminta pemerintah daerah ikut mengawai pasar dadakan di pinggir jalan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meminta masyarakat lebih waspada terhadap produk makanan ilegal yang biasanya marak beredar menjelang hari raya. Sebab, pada saat tersebut, permintaan masyarakat semakin tinggi sehingga pelaku usaha harus menambah pasokan.
“Modusnya, barang - barang ilegal tersebut ditumpuk di dalam gudang di antara barang perdagangan umum, misalnya sepatu dan perlengkapan rumah tangga,” ujar Kepala BPOM, Roy Sparringa, dalam konferensi pers, Kamis, 12 Juni 2014.
Adapun produk ilegal tersebut banyak ditemukan di daerah perbatasan dan pelabuhan, seperti Batam, Medan, Aceh, dan Pekanbaru. Jenis produk yang paling banyak ditemukan yakni biskuit, bumbu instan, minuman dan makanan ringan.
Oleh karena itu, Roy mendorong konsumen menjadi pengawas produk pangan beredar secara cerdas. Caranya dengan kritis mengamati kualitas mutu dan keterangan produk yang akan dibeli. "Masyarakat harus membaca label sebelum membeli," katanya.
Pengawasan ini terutama dilakukan karena makin banyak produk makanan dan minuman yang beredar menjelang sejumlah perhelatan seperti piala dunia dan bulan Ramadan. Produk makanan yang baik, kata dia, semestinya mencantumkan label seperti nama jenis produk, nama dagang, daftar bahan, dan keterangan tanggal kedaluwarsa.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia, Adhi Siwaja Lukman, memperkirakan konsumsi makanan dan minuman ringan selama penyelenggaraan Piala Dunia 2014 bakal meningkat.
Beberapa jenis makanan yang akan laris selama penyelenggaraan piala dunia adalah snack kacang dan biskuit. Adapun untuk minuman, kata Adhi, konsumen diprediksi akan lebih memilih minuman yang hangat-hangat. "Karena jam tayangnya kan pagi," tuturnya.
Sejumlah peretail juga sudah mempersiapkan parsel-parsel dengan harga ekonomis untuk dijual meski hari raya Lebaran masih jauh. Gerai supermarket Superindo misalnya, menawarkan parsel dengan harga Rp 50 ribuan per paket.
“Ini untuk melayani tingginya permintaan parsel dari masyarakat,” ujar Kepala Divisi Produk dan Grosir PT Lion Super Indo, Donny Ardianta Passa. Super Indo juga akan menambah suplai parsel di gerai-gerai yang ada di Indonesia sebesar 10 persen dari penjualan tahun lalu.
No comments:
Post a Comment