Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan membaik dari 5,3 persen pada paruh pertama 2014 menjadi 5,8 persen pada 2015, demikian analisis Bank Pembangunan Asia. Wakil Direktur ADB Indonesia Edimon Ginting di Jakarta, Kamis, menyatakan membaiknya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagian besar akan berasal dari reformasi mendasar oleh pemerintahan baru mendatang.
"Ke depan asumsi kami pemerintah baru akan lebih reformis, melakukan beberapa perbaikan di sisi infrastruktur, memperbaiki iklim investasi, reformasi birokrasi, dan akan sedikit punya ruang lebih besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan fiskal," ujarnya.
Perkiraan tambahan sebesar 0,5 persen di 2015 didasari oleh asumsi membaiknya perekonomian berbagai negara industri utama yang diharapkan akan memicu ekspor dan investasi. Pertumbuhan konsumsi swasta diproyeksikan akan tetap kuat. Inflasi yang rendah mendukung konsumsi tahun ini dan pemerintah diperkirakan akan menggunakan kebijakan transfer dana untuk mengompensasikan kelompok berpenghasilan rendah yang terdampak oleh kenaikan harga bahan bakar pada 2015.
Investasi swasta diprediksi akan membaik karena ditunjang oleh keberhasilan proses pemilihan umum dan harapan bahwa pemerintah baru akan mereformasi kebijakan. Pertumbuhan pinjaman investasi akan tetap tinggi sebesar 30 persen meskipun kebijakan moneter diperketat.
Inflasi diperkirakan akan mencapai rata-rata 4,2 persen pada paruh kedua tahun ini dan kemungkinan akan mencapai rata-rata 5,8 persen untuk setahun penuh akibat kenaikan tarif listrik dan tekanan naik harga pangan akibat musim kemarau pada akhir 2014. Inflasi diproyeksikan akan meningkat untuk sementara hingga mencapai rata-rata 6,9 persen pada 2015 dengan asumsi pemerintah menaikkan harga bahan bakar 30-50 persen.
Sebelumnya dalam publikasi ekonomi tahunan versi ADB yang berjudul `Asian Development Outlook 2014`, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi melambat akibat kinerja ekspor yang lemah di 2014. Produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada akhir 2014 menjadi 5,3 persen dari perkiraan awal yaitu 5,7 persen.
ADB yang berkedudukan di Manila ini bergerak dengan tujuan mengurangi kemiskinan di kawasan Asia Pasifik melalui pertumbuhan ekonomi inklusif dengan lingkungan yang berkelanjutan, dan integrasi kawasan.
Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat masa kepemimpinan Presiden Terpilih Joko Widodo (Jokowi) bisa menembus 5,8 persen. Angka ini, menurut Deputy Country Director Indonesia Residen Mission ADB Edimon Ginting, meningkat bila dibandingkan 2014 yang sebesar 5,3 persen.
"Pemerintah baru mempercepat, memberi ruang mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi fiskal, kita proyeksikan Indonesia akan tumbuh 5,8 persen," kata Edimon laporan ADB Outlook, di Jakarta, Kamis (25/9/2014). Selain ruang fiskal, pertumbuhan ekonomi 2015 masih dipengaruhi konsumsi masyarakat dan industri manufaktur yang menunjukan perbaikan.
"Ini masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan, salah satunya karena manufaktur trennya membaik," tutur dia. Untuk pertumbuhan diperkirakan cukup stabil pada 2014 6,2 persen akan membaik sedikit pada 2015 6,4 persen.
"Kalau bicara global ekonomi kita lihat. Negara maju 2013 pertumbuhan sedikit tertahan Amerika Serikat 2,1 persen dan Jepang, 1,0 persen," paparnya. Selain itu, DBS juga memperkirakan inflasi Indonesia akan meningkat pada tahun depan menjadi 6,9 persen dari 5,8 persen.
Kenaikan inflasi tersebut sudah berdasakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. "Inflasi naik rata-rata 2014 5,8 2015 menjadi 6,9 persen," pungkasnya
No comments:
Post a Comment