Pelaku ekonomi, termasuk manajer investasi, menginginkan langkah nyata pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan menaikkan harga BBM bersubsidi sampai Rp3.000.
Namun, President Director PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Lilis Setiadi, masih beranggapan bahwa pemerintah bisa menaikkan harga BBM dengan batas bawah sampai Rp2.000.
Dalam pemaparannya di Jakarta, Senin (13/10/2014), Lilis mengungkapkan bahwa harga BBM yang diharapkan naik hingga Rp 3.000. Menurutnya, implikasi kenaikan tersebut akan besar bagi APBN Indonesia. Dana yang semula digunakan untuk subsidi BBM bisa dialokasikan bagi bidang lain yang lebih produktif. Namun, kenaikan sebesar Rp 2.000 pun masih cukup baik bagi Lilis. "Yang relevan sekitar Rp 2.000," ujar Lilis seusai pemaparan.
Menurut Lilis, kenaikan BBM, sekurang-kurangnya Rp 2.000, benar-benar ditunggu, terlebih, bagi investor asing. "Investor asing paling menunggu kabinet, kebijakan, dan kenaikan harga BBM," ujarnya.
Sementara itu, dalam kesempatan berbeda, Director Chief Investment Officer Eastspring Investment, Ari Pitojo mengungkapkan bahwa kenaikan BBM sebesar Rp 2.000 akan menyebabkan inflasi Indonesia naik sekitar 2 persen menjadi 6,2 persen.
"Naik 2.000 itu tambahan sekitar 2 persen inflasi. Kalau Rp 3.000, tidak tahu. Rp 2.000 dulu. Kalau Rp 1.000 inflasi bisa lebih rendah lagi, 5,7 sampai 5,8 persen. Kasarnya, kira-kira nambah Rp 1.000 nambah 1 persen. Tapi tidak persis seperti itu, tidak matematis seperti itu," pungkas Ari.
No comments:
Post a Comment