“Dengan posisi demikian saya gagal paham kenapa TNI-AU rela 'memberikan' pusat pertahanannya ke swasta? Ada apa?” tulis Said Didu dalam akun Twitternya, Jakarta, kemarin (18/20/2014). Menurut dia, Bandara Halim tidak bisa dilihat secara fisik semata. Pasalnya, bandara tersebut juga merupakan pusat komando pertahanan udara dimana semua semua pergerakan alutsista berada dibawah komando yang berpusat di Bandara Halim.
Meskipun, kata dia, pesawat-pasawat tempur canggih tidak semuanya bandara di Halim, namun tetap saja semua pergerakan pertahanan yang meliputi radar, ATC, pesawat, dan pergerakan darat berada dalam cakupan pusat pertahanan udara tersebut.
“Apakah pusat komando pertahanan akan terganggu dengan menyerahkan pengelolaan Bandara ke swasta ? Bagi saya pasti terganggu !!!,” kata dia. Hasrat besar Lion Group mengembangkan Bandara Halim Perdanakusuma tidak hanya membangun infrastrukturnya tetapi juga sekaligus berkeinginan menjadi operator bandara layaknya Angkasa Pura (AP).
Lantas bagaimana nasib operator Halim saat ini yaitu AP II jika Lion mengambil alih pengelolaan bandara? Direktur Operasional Lion Air, Edward Sirait mengatakan, setelah nanti pemugaran Bandara Halim selesai, Lion bisa saja mengambilalih bandara dan mengelolanya sendiri. Namun, menurutnya, Lion pun siap untuk bekerjasama dengan AP II terkait pengelolaan bandara tersebut.
"Bisa saja kita jalin Bussines to Bussines dengan Angkasa Pura, proyek ini proyek mandiri kami (Lion Group)," ujar Edward di Jakarta, Selasa (14/10/2014). Lebih lanjut kata Edward, keputusan Lion berinvestasi untuk pengembangan Bandara Halim sudah sesuai dengan Undang-undang nomer 1 tahun 2009 tentang penerbangan di mana pihak swasta diperbolehkan berinvestasi disektor penerbangan. Jadi, menurut dia, pengambilalihan bandara oleh Lion nanti sudah sesuai dengan peraturan yang ada.
Meskipun demikian, Lion tetap menunggu sertifikat dari Kementerian Perhubungan mengenai izin penggunaan bandara Halim menjadi bandara umum. Untuk urusan lalu lintas udara, Lion pun siap berkoordinasi denangan Air Nav.
"Ini contoh swasta membangun dan mengoperasikan, nah nanti operasinya tergantung Kemenhub. Mirip kalau mau terjang aja," kata Edward.
Sementara itu, Sekretaris Angkasa Pura II Daryanto mengatakan, pihaknya akan menunggu keputusan lebih lanjut terkait rencana Lion menjadi operator Bandara Halim tersebut. "Sampai saat ini kami masih sebagai operator, nantinya seperti apa ya kami masih menunggu sampai ada keputusan lebih lanjut," kata Daryanto
Lion Group tak main-main untuk menggarap Bandar Udara Halim Perdanakusuma sebagai bandara yang internasional dengan fasilitas lengkap. Untuk itu, Lion sudah menggandeng kontraktor PT Adhi Karya (Perseso) Tbk sebagai pembuat desain proyek tersebut. "Ini tetap statusnya bandara umum, tapi pengelolaanya oleh swasta, Kannggak masalah. Nanti kita lengkapi dengan infrastrukturnya juga," ujar Direktur Operasional Lion Air Edward Sirait di Jakarta, Selasa (14/10/2014).
Dia menjelaskan, alasan Lion menginvestasikan dananya untuk pengembangan Bandara Halim Perdanakusuma bukan muncul tiba-tiba. Menurut Edward, perseroan sudah memiliki rencana sejak tahun 2004, di mana manajemen melihat bahwa bandara tersebut merupakan jawaban untuk mengatasi meluapnya penumpang di Bandara Soekarno-Hatta.
Setelah melakukan pembicaraan dengan Induk Koperasi Angkatan Udara (Inkopau), pada tahun 2005, Lion meneken perjanjian kerjasama pemanfaatan lahan Bandara Halim seluas 21 hektar yang dilakukan oleh PT Angkasa Transportindo Selaras (PT ATS) selaku anak perusahaan Lion Group dengan Inkopau.
Sementara itu mengenai pendanaan, Edward mengatakan Lion siap menggelontorkan biaya pembangunan kurang lebih Rp 5 triliun. Jika tak ada halangan kata dia, proyek pengembangan itu akan dimulai pada November dan diperkirakan selesai pada Juli 2015.
No comments:
Post a Comment