Minat pembelian masyarakat atas Obligasi Negara Ritel seri ORI011 masih cukup tinggi, di tengah ketatnya likuiditas di pasar keuangan domestik dan ekspektasi kenaikan tingkat inflasi ke depan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan menjelaskan hal itu ditandai dengan realisasi pemesanan yang disampaikan Agen Penjual sampai dengan tanggal 16 Oktober 2014 melampaui target awal, yaitu mencapai Rp 21,336 triliun.
Pemesanan terdiri dari prioritas yang mencapai Rp 19,996 triliun dan cadangan sebesar Rp 1,340 triliun. Dari 21 Agen Penjual, 20 Agen Penjual berhasil mengumpulkan pemesanan di atas target yang ditetapkan pemerintah.
"Hasil penjualan ORI011 dari 21 Agen Penjual setelah dilakukancleaning data mencapai Rp 21,216 triliun, dengan 35.024 pemesan di 34 provinsi. Jumlah investor baru sebanyak 20.418 investor," kata Robert, Senin (20/10/2014).
Robert menjelaskan penerbitan akan dilakukan pada 22 Oktober 2014. Adapun tanggal jatuh tempo pada 15 Oktober 2017, atau tenor tiga tahun. "Target kita Rp 20 triliun. Ini hasil yang menggembirakan, membanggakan, karena ini investornya domestik. Apalagi masyarakat individu, bukan korporasi," imbuh Robert.
Artinya, pencapaian ini menunjukkan bahwa investor domestik mampu membeli dan menopang pembiayaan APBN. "Sehingga ini menjadi modal menggembirakan dalam upaya kita mengurangi pembiayaan non-residence," pungkas Robert.
Untuk diketahui, nilai nominal per unit ORI011 adalah Rp 1 juta, dengan syarat minimum pemesanan Rp 5 juta dan kelipatannya. Sementara itu, maksimum pemesanan sebesar Rp 3 miliar. Investor akan mendapatkan kupon 8,5 persen per tahun, dan pembayaran pertama kali dilakukan pada 15 November 2014, dengan jumlah kupon pertama sebesar Rp 5.484 per unit.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan menyatakan pemesanan dan penjualan Saving Bonds Ritel (SBR) seri SBR001 telah dilakukan di seluruh provinsi di seluruh Indonesia, yakni 34 provinsi.
Meskipun demikian, pulau Jawa masih mendominasi pemesanan SBR001. "Pemesanan DKI Jakarta sebesar Rp 1,021 triliun. Terbanyak dari DKI. Kemudian dari Jawa Timur Rp 345 miliar, Jawa Barat Rp 311 miliar, Jawa Tengah Rp 146 miliar dan Banten Rp 101 miliar," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Robert Pakpahan di Kantor Kementerian Keuangan, Senin (26/5/2014).
Adapun provinsi yang paling sedikit melakukan pemesanan SBR001 adalah Papua Barat, Sulawesi Barat, dan Gorontalo. "Di provinsi-provinsi ini bukan berarti nol tidak ada yang memesan. Ada, tapi sangat sedikit, jadi pembulatannya nol," jelas Robert.
Adapun sebaran volume pemesanan SBR001 per wilayah Indonesia, di DKI Jakarta mencapai 42,7 persen. Sebaran volume di wilayah barat non DKI Jakarta mencapai 47,8 persen, serta wilayah tengah dan timur Indonesia mencapai 9,5 persen.
"Semua provinsi sampai. Berarti sebaran informasi dan penjualan SBR001 sampai ke seluruh Indonesia. Ini capaian yang bagus," ungkap Robert.
Robert menjelaskan, penawaran SBR001 dilakukan oleh 21 agen penjual yang terdiri dari 18 bank umum dan 3 perusahaan sekuritas. Pada masa penawaran, agen penjual telah melakukan proses pemasaran di 21 kota di seluruh Tanah Air.
"Untuk mendukung penerbitan SBR001, pemerintah dan Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan pre marketing (pra pemasaran) di lima kota di seluruh Indonesia. Termasuk juga liputan di media cetak dan elektronik," papar Robert.
No comments:
Post a Comment