Sunday, October 12, 2014

Kerajinan Gembol Terancam Gulung Tikar Karena Kelangkaan Bahan Baku

Produksi aneka kerajinan dari gembol terancam karena ketersediaan bahan baku yang menipis. Padahal kerajinan dari bahan akar pohon Jati ini diklain masih sangat diminati dan pasarnya terbuka sampai ke Eropa.

“Dalam dua-tuga tahun belakangan ini, bahan baku gembol Jati berkurang,” kata Karno, 32, perajin gembol di Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur, pada Jumat sore, 10 Oktober 2014. Desa ini terkenal dengan aktivitas home industry kerajinan gembol.

Karno menuturkan dia dan perajin lainnya biasanya mendapat bahan baku gembol dari bekas tebangan pohon Jati yang masih tersisa akarnya. Dari akar jati yang berada di hutan-hutan itulah, perekonomian Desa Geneng dan beberap desa lainnya di Margomulyo dan Ngraho berderap selama ini.

Biasanya, bahan baku didapat dari area hutan di Bojonegoro, Tuban, Blora, dan sebagian dari Ngawi dan Madiun. “Yaitu lewat pengurus lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) yang merupakan mitra Perhutani,” ujar Karno, yang mengaku menjual produknya hingga ke Sulawesi dan Kalimantan.

Ketua Paguyuban Perajin Limbah Akar Jati Bojonegoro Yuli Winarno juga mengatakan kalau kerajinan gembol masih menjadi primadona dan menembus pasar luar negeri. Namun, tutur Yuli, proses ekspornya tidak langsung dari Bojonegoro, tapi lewat para eksportir di Semarang, Surabaya, dan Bali.

Selain bahan baku, Yuli mengatakan, proses pengolahan gembol Jati masih sangat sederhana di Bojonegoro. Seharusnya, menurut dia, prosesnya bisa dibuat lebih baik sehingga menciptakan nilai tambah. “Ke depan, kami akan mendatangkan para perajin ukiran, sehingga nilai seninya juga muncul,” ujar Yuli.

Kerajinan dari gembol atau limbah akar pohon jati masih menjadi bisnis yang menggiurkan. Puluhan perajin yang ada di Kecamatan Ngraho dan Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur, misalnya, bisa melakukan ekspor dan mendatangkan pendapatan hingga miliaran rupiah per bulan.

“Rp 3-4 miliar hanya dari satu desa,” kata Ketua Paguyuban Perajin Limbah Akar Jati Bojonegoro Yuli Winarno ketika ditemui di rumahnya di Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro, Jumat, 10 Oktober 2014.

Gembol bisa dibuat menjadi aneka produk seperti meja, kursi, lemari, dan cendera mata seperti lambang Kalpataru. Gembol, seperti halnya kayu dari bagian pohon Jati lainnya, kuat dan anti rayap. Pasar produksi kerajinan dari desa-desa di dua kecamatan ini diklaim Yuli sampai ke Malaysia, Jepang, Australia, dan Belanda.

Para perajin yang memanfaatkan bahan yang dulunya hanya dianggap limbah dari produksi kayu Jati ini tersebar di Kecamatan Margomulyo dan Ngraho sebanyak 65 orang. Tiap perajin memiliki home industry dengan karyawan 5-15 orang. Pusatnya ada di Desa Geneng, yang menjadi motor penggerak perekonomian setempat lewat kerajinan gembol sejak 25 tahun silam.

Di antara para perajin itu adalah Karno, 32 tahun. Dia mengaku mewarisi keterampilan dari orang tuanya dan kini memiliki pasar hingga ke Bali, Sumatera, dan Kalimantan. “Biasanya, mereka yang datang ke sini,” katanya.

No comments:

Post a Comment