Senior analis dari LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo, menyebutkan ada enam saham yang layak dibeli jelang pelantikan presiden terpilih, Joko Widodo. Keenam saham ini, kata dia, adalah yang dianggap cukup transparan dan likuid. Keenam saham tersebut adalah untuk industri manufaktur, PT Astra International Tbk (ASII) masih menjadi saham yang layak beli. Sedangkan dari sektor industri kima dasar, ada PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP), dan Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
Dari sektor perbankan, bank milik pemerintah seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) layak menjadi incaran. Sedangkan bank swastanya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
"Ada tiga sektor yang masih harus diperhatikan, infrastruktur, industri dasar, dan finance," kata dia saat dihubungi, Sabtu, 4 Oktober 2014. Karena, kata dia ketiga sektor tersebut memiliki dampak langsung terhadap dinamika politik.
Lucky mengatakan saat ini pelaku pasar cenderung menghindari investasi. Kondisi ekonomi yang kurang stabil beberapa waktu belakangan ini membuat para investor berhitung lebih cermat. Sentimen pasar cenderung negatif karena faktor eksternal dan internal yang kurang bersahabat. Faktor eksternal datang dari kondisi global yang belum juga membaik. Dari dalam negeri, perdebatan politik menjadi pertimbangan tersendiri untuk para pelaku pasar.
Ia memberi beberapa tips untuk berinvestasi di masa transisi politik. Yaitu, pertama investasi sebaiknya dilakukan 10 atau 5 hari jelang pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Selanjutnya, investasikan hanya 30 persen dana yang dimiliki. Terakhir, sisa dana 70 persen yang Anda miliki, boleh diinvestasikan setelah 100 hari masa kerja pemerintahan baru.
Senior analis dari LBP Enterprises, Lucky Bayu Purnomo, menyarankan para pelaku pasar untuk berinvestasi 10 atau 5 hari menjelang pelantikan presiden terpilih, Joko Widodo, pada 20 Oktober 2014. Saran itu bukan tanpa alasan. Pertimbangannya adalah adanya tiga fase yang terjadi dalam proses investasi di pasar.
Pertama adalah fase akumulasi, yaitu saat pelaku pasar mengumpulkan instrumen investasi, seperti obligasi, komoditi, dan lain-lain. "Fase ini umumnya terjadi pada saat konsolidasi, Jokowi boleh saja percaya diri, tapi sekarang kenyataannya kan DPR dikuasai lawan politiknya," kata dia saat dihubungi, Sabtu, 4 Oktober 2014.
Menurut Lucky, dengan terpilihnya politikus Partai Golkar, Setya Novanto, sebagai Ketua DPR, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tak bisa jadi motor penggerak di DPR. Selanjutnya adalah fase partisipasi, yaitu saat pasar mulai berinvestasi, namun tak seluruhnya. Pasar tentu akan merespons positif pelantikan Jokowi, namun masih menunggu pengumuman isi kabinet hingga 25 Oktober 2014. Oleh sebab itu, pelaku pasar disarankan berinvestasi pada H-10 atau H-5 pelantikan Jokowi-JK.
Fase terakhir adalah distribusi. Yaitu pasar sudah bisa menilai kinerja presiden dan kabinetnya. "Kualifikasi menterinya sesuai atau tidak dengan tantangan yang harus dihadapi, pada fase ini biasanya koreksi akan terjadi," kata Lucky.
No comments:
Post a Comment