Sekitar 2.920 industri kreatif di Surabaya yang rata rata sudah bisa memenuhi kebutuhan pasar nasional, dan di antaranya sudah melakukan ekspor. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengaku akan terus mencari dan membimbing kelompok maupun perseorang yang bergerak di industri kreatif.
"Untuk modal kita tidak khawatir. Banyak pihak swasta yang membantu dan menyediakan modal untuk mereka," kata Risma, saat berbincang bincang di ruang kerjanya di Balai Kota Surabaya, Rabu (27/5/2015). Ia menyebut, pelaku industri kreatif di Surabaya yang paling banyak memenuhi kebutuhan nasional bergerak dalam bidang fashion, dengan produk di antaranya busana muslim, hijab, hingga pernak pernik kerajinan daur ulang.
Risma mengatakan, saat ini sudah ada ribuan kelompok industri kreatif di wilayah. Tiap kelompok beranggotakan 80 orang. Saat ini sudah ada 6 kelompok industri kreatif Surabaya yang merambah pasar ekspor. "Sudah ada yang ekspor ke Timur Tengah. Yang paling laku saat ini adalah dari eceng gondok yang bergerak di bidang furnitur, mulai meja, kursi, lemari serta fesyen, seperti tas anyaman," ungkap Risma.
Untuk tetap menjaga mutu produksi industri kreatif, lanjut Risma, pelaku industri kreatif selalu berbagi sesama kelompok, sehingga mereka berjalan beriringan dan saling memberikan masukan. "Kita melalui dinas maupun kelompok industri kreatif saling memberikan masukan mencari peluang produk apa yang paling berpeluang di pasaran sehingga akan terus update," pungkas dia.
Mau bertemu Risma? Wali Kota ini bakal menjadi salah satu pembicara utama dalam acara d'Preneur Spesial yang digelar di Dyandra Convention Center, Surabaya, pada 14 Juni 2015. Selain Risma, pengusaha Chairul Tanjung juga menjadi pembicara utama gelaran d'Preneur. Acara d'Preneur merupakan ajang rutin yang dilakukan. Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan jiwa wirausaha dan belajar langsung dari pengusaha sukses. Sehingga masyarakat bisa mengerti dan belajar soal pentingnya menjadi wirausaha.
Selain menggalakkan industri kreatif mulai ibu-ibu hingga pemuda, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga memberikan fasilitas ruang pameran dan tempat jualan bagi pelaku industri kreatif yang rutin diberikan secara giliran per wilayah. "Kita juga ajari jualan online. Beberapa berhasil termasuk di kawasan lokalisasi," kata Risma, sapaan akrab Tri Rismaharini.
Pelajaran tambahan bagi pelaku industri kreatif, kata Risma, tidak hanya diberikan dinas terkait. Tapi juga menggandeng pihak swasta untuk memberikan pelatihan, seperti pengelolaan uang dari modal hingga produksi. "Ada juga dari sesama pelaku industri yang sudah sukses kita gandeng untuk sharing termasuk dari OJK memberikan pelatihan pengelolaan manajemen keuangan," imbuh dia.
Hingga kini, Risma mengaku tetap membimbing industri kreatif di Surabaya, dengan harapan bisa menjadi tuan rumah sendiri saat Masyarakat Ekonomi ASEAN diberlakukan. "Sekarang kita istilahnya sudah punya embrio-embrio yang tinggal dikembangkan agar lebih berkembang," ungkap Risma.
Mantan Kepala Bappeko dan DKP Surabaya ini mengungkapkan, dengan banyaknya industri kreatif yang sudah berhasil di tingkat nasional dan beberapa sudah go international, ia tetap berharap para pelaku industri kreatif tidak terburu-buru dalam berusaha.
"Saya selalu katakan jangan terlalu berpikir untuk memasarkan ke luar negeri. Tapi bagaimana pasar dalam negeri kita cukupi terlebih dulu, jika sudah mampu baru ke luar negeri. Dan itu selalu saya tekankan," pungkas Risma.
Mau bertemu Risma? Wali Kota ini bakal menjadi salah satu pembicara utama dalam acara d'Preneur Spesial yang digelar di Dyandra Convention Center, Surabaya, pada 14 Juni 2015. Selain Risma, pengusaha Chairul Tanjung juga menjadi pembicara utama gelaran d'Preneur.
Sejak menjabat Oktober 2010 Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini langsung menggerakkan industri kreatif dengan menggandeng ibu-ibu PKK, maupun warga eks lokalisasi. "Semua kita gerakkan bareng, tidak hanya satu sisi tapi semua termasuk dinas-dinas terkait," kata Risma.
Selain ibu-ibu PKK, Risma sapaan akrab Tri Rismaharini, mengaku juga menggerakkan kaum muda untuk terjun di industri kreatif. Menurutnya, kaum muda baru digerakkan akhir 2014. Meski baru digalakan kaum muda serta ibu-ibu, mantan Kepala DKP dan Bappeko Surabaya ini sudah mulai menunjukkan perkembangan yang positif. "Sekarang dalam tahap finalisasi, bagaimana menjual produk mereka, meski beberapa sudah ada yang berhasil mengelola sendiri mulai produksi, penjualan, dan finansialnya," ungkap dia.
Untuk produk yang sangat potensial digarap industri kreatif di Surabaya, kata dia, adalah kebutuhan sehari-hari seperti busana muslim, hijab, serta berbagai kerajinan tangan lain. "Kalau potensi, aku selalu ngomong kebutuhan sehari-hari kita harus bisa tindak lanjuti, jangan sampai kita pikiran ekspor, lalu kebutuhan sehari hari diambil orang-orang," tegas Risma.
Risma bakal menjadi salah satu pembicara utama dalam acara d'Preneur Spesial yang digelar di Dyandra Convention Center, Surabaya, pada 14 Juni 2015. Selain Risma, pengusaha Chairul Tanjung juga menjadi pembicara utama gelaran d'Preneur. Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan jiwa wirausaha dan belajar langsung dari pengusaha sukses. Sehingga masyarakat bisa mengerti dan belajar soal pentingnya menjadi wirausaha.
Wali Kota perempuan pertama dalam sejarah pemerintahan Surabaya ini enggan memprioritaskan satu produk dan fokus. Karena, kata Risma, industri kreatif sangat luas dan harus bisa dikuasai sehingga bisa menjadi tuan rumah di kota sendiri. "Semua harus digerakkan, karena peluang ini jangan sampai diambil orang lain, industri kreatif bidang apa pun," lanjut dia.
Sedangkan sumber daya manusia di industri kreatif, Risma tidak terlalu merisaukan, karena saat ini seluruh proses sudah berjalan dan relatif didominasi ibu-ibu. Ia mencontohkan, awal pertama kali industri kreatif digalakkan para pelaku jika mengikuti pameran selalu sewa angkutan umum untuk membawa produknya.
"Sekarang mereka sudah bawa mobil sendiri, artinya semua sudah berjalan dan mereka bisa. Wongsekarang jual semanggi ae gak nyunggi mane, tapi wes nggawe mobil (sekarang orang jual pecel semanggi sudah tidak lagi memanggul, tapi sudah bawa mobil)," ungkap dia.
Yang menjadi kendala saat ini adalah, melatih kaum muda yang masih menjunjung tinggi idealisme dalam berkarya. "Mereka harus realistis dengan pasar. Dan coba kita ajarkan. Mereka banyak bergerak di bidang IT dan multimedia seperti pembuatan film pendek, software aplikasi sehari hari. Ada juga yang buat kaos dan sepatu dan sudah mulai jalan," pungkas Risma.
No comments:
Post a Comment