Thursday, October 8, 2015

Dalam Setahun Indonesia Sudah Alami 4 Kecelakaan Pesawat Terbang

Dalam kurun waktu satu tahun terakhir sudah ada empat musibah hilangnya pesawat di atas langit Indonesia. Musibah di langit Nusantara dalam setahun terakhir mulai terjadi sejak akhir tahun lalu, tepatnya pada 28 Desember atau tiga hari jelang berakhirnya tahun 2014. Kala itu, dunia penerbangan Indonesia dihebohkan dengan kabar hilangnya pesawat AirAsia bernomor QZ8501 jurusan Surabaya-Singapura. Pesawat hilang dari jangkauan radar saat berada di langit Selat Karimata.

Air Asia QZ8501 saat itu membawa 155 penumpang dan 7 kru penerbangan di dalamnya. Tercatat ada beberapa warga negara asing yang ikut serta dalam penerbangan tersebut. Pesawat tersebut baru diketahui jejaknya setelah dua hari menghilang pada 30 Desember. Kala itu, sebuah serpihan pesawat ditemukan tengah mengambang di perairan Selat Karimata.

Setelah penemuan puing tersebut, perlahan tapi pasti satu per satu puing pesawat dan korban AirAsia QZ8501 lainnya ditemukan oleh tim penyelamat gabungan Badan SAR Nasional dan TNI serta Polri. Tidak ada satu pun korban hidup yang berhasil dievakuasi sampai operasi ditutup pada 17 Maret lalu.

Selama pencarian berlangsung, sebanyak 106 tubuh atau bagian tubuh ditemukan oleh tim penyelamat gabungan. Hanya 68 orang yang berhasil diidentifikasi. Penyebab pasti kecelakaan pun belum diketahui sampai saat ini, karena penyidikan terhadap black box AirAsia QZ8501 masih dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Selang enam bulan pasca hilangnya AirAsia QZ850 musibah kembali menimpa dunia penerbangan Indonesia. Tepat 30 Juni lalu, pesawat Hercules C-130 yang dioperatori oleh TNI Angkatan Udara (AU) dengan nomor registrasi A1310 jatuh di Medan, Sumatera Utara.

Hercules jatuh sesaat setelah take off dari Lanud Suwondo, Medan. Pesawat transportasi tentara itu jatuh dan menimpa sebuah rumah toko (ruko) milik warga di Medan. Tercatat ada lebih dari 90 orang yang berada di sana saat kecelakaan terjadi. Puluhan prajurit dan anggota keluarga TNI, serta beberapa warga sipil turut menjadi korban peristiwa tersebut.

Setelah Hercules C-130 jatuh, penyelidikan langsung dilakukan oleh TNI AU. Dugaan awal penyebab kecelakaan pun didapatkan beberapa hari setelah musibah terjadi. "Jadi diperkirakan itu ada masalah di mesin nomor empat. Kalau Hercules mesinnya ada empat, itu paling kanan, paling luar. Secara teori itu bisa diperbaiki," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, Kamis (2/7).

Tak lama pasca jatuhnya Hercules C-130 di Medan, sebuah musibah kembali terjadi. Pada 16 Agustus lalu pesawat Trigana Air jenis ATR 42-300 hilang kontak saat tengah terbang menuju Bandara Oksibil dari Bandara Sentani, Jayapura. Saat hilang pesawat perintis tersebut membawa 44 orang dewasa, 3 anak, 2 balita, beserta lima kru. Basarnas pun langsung melakukan operasi pasca beredarnya kabar buruk tersebut.

Alhasil hanya butuh dua hari bagi Basarnas dan tim evakuasi gabungan untuk mencari keberadaan Trigana dan penumpangnya. Pada 18 Agustus, seluruh penumpang dan kru Trigana Air ditemukan dalam kondisi telah meninggal dunia di Distrik Okbape, Pegunungan Bintang, Papua.

Setelah evakuasi korban dan black box dilakukan, penyelidikan penyebab kecelakaan pun dilakukan oleh KNKT. Sampai saat ini, belum ada informasi mengenai penyebab pasti kecelakaan Trigana Air di Papua. Jatuhnya Trigana Air di Papua tidak mengakhiri rentetan kecelakaan pesawat di Indonesia. Awal bulan ini, sebuah pesawat Aviastar jenis DHC6/PKBRM tujuan Masamba-Makassar, Sulawesi Selatan, kembali dilaporkan hilang saat tengah terbang.

Terdapat 7 penumpang dan 3 kru penerbangan saat pesawat itu hilang. Sebelum hilang kontak, pesawat itu terakhir terdeteksi pada pukul 14.25 WITA. Pesawat yang terbang dari Bandara Andi Djema, Masamba itu, seharusnya menempuh waktu 70 menit hingga Makassar. Namun hingga kini belum ada kabar mengenai keberadaan pesawat tersebut.

No comments:

Post a Comment