Sunday, October 11, 2015

Jokowi Diminta Berantas Orang Orang Yang Ambil Untung Dari Spekulasi Rupiah dan Dolar

Ekonom yang juga mantan Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional Dradjad H Wibowo curiga ada yang bermain dalam jungkir baliknya nilai mata uang rupiah pekan lalu. Pekan lalu mata uang rupiah bergerak secara mengejutkan terhadap dolar Amerika Serikat. Sempat terpuruk ke posisi Rp 14.400, rupiah kemudian naik Rp 13.400 per dolar AS.

"Jungkir balik rupiah dalam skala sebesar dan waktu sesingkat itu hanya bisa dijelaskan dengan satu kata: manipulasi. Ada oknum yang memanipulasi kurs rupiah," kata Dradjad saat berbincang.  Manipulasi rupiah, kata Drajad, lebih berbahaya dari spekulasi. Spekulan bisa disebut sebagai penjudi yang tidak bisa mengatur hasil. "Sehingga mereka (spekulan) bisa untung, tapi bisa juga buntung," kata dia.

Sementara manipulator itu bandar dan penjudi yang bisa mengatur hasil, sehingga selalu untung. "Kalau dalam sepakbola, manipulator itu mafia yang mengatur skor pertandingan," terang Dradjad.  Para manipulator itu selama ini menumpuk dolar sehingga nilai rupiah anjlok pada skala yang di luar kewajaran. Mereka bisa melakukan itu karena punya akses terhadap kekuasaan moneter.

"Akses tersebut membuat mereka tahu bahwa rupiah akan terus anjlok cukup dalam. Nah setelah ada indikasi terjadi pembalikan kurs dolar Amerika Serikat di dunia, mereka buru-buru membuang dolar. Tujuannya, profit taking atau aksi ambil untung," jelas Dradjad. Dradjad pun meminta Presiden Joko Widodo segera memerintahkan penyelidikan terhadap oknum-oknum yang diduga terkait jungkir baliknya rupiah.

Menurut Dradjad, pemerintah Amerika Serikat pernah menghukum bank-bank besar dunia karena melakukan manipulasi kurs mata uang dolar Amerika Serikat terhadap Euro. Kepada bank-bank tersebut dijatuhkan denda sebesar US $ 5,5 miliar.

Dradjad mengimbau, dengan adanya indikasi kuat di atas, berkaca dari kasus manipulasi kurs US$-Euro, sebaiknya Presiden segera memerintahkan penyelidikan terhadap oknum-oknum dari sejumlah lembaga keuangan yang terlibat. Nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pekan lalu mengalami pergerakan yang cukup mengejutkan. Sebelumnya nilai 1 dolar Amerika Serikat sempat menyentuh di atas Rp 14.000. Namun menjelang akhir pekan lalu rupiah menguat cukup signifikan yakni 1 USD menjadi Rp 13.400. 

Senin pagi ini mata uang rupiah kembali menguat, 1 USD menjadi Rp 13.346. Pergerakan nilai mata uang rupiah yang cukup tajam ini menimbulkan kecurigaan bagi ekonom sekaligus Chairman Sustainable Development - Indonesia (SDI) Dradjad H Wibowo.  "Sudah beberapa bulan ini saya mencurigai terlalu besarnya depresiasi rupiah," kata Dradjad saat berbincang.  Dradjad melihat ada yang janggal saat di kawasan Asia nilai rupiah terhadap dolar ternyata terburuk kedua setelah Malaysia. "Padahal Malaysia mengalami krisis politik, sementara politik Indonesia stabil. Saya yakin, pasti ada yang tidak wajar. Pasti ada yang memanipulasi rupiah," kata Dradjad yang mantan Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu.

Kecurigaan Dradjad kian kuat saat pekan lalu secara mengejutkan rupiah menguat 8,3 persen terhadap dolar Amerika Serikat. Padahal selama 9 bulan terakhir rupiah anjlok sekitar 17 persen.  "Kalau Rupiah menguat 1-2 persen, mungkin masih wajar. Tapi lonjakan 8,3% sangat tidak masuk akal. Kalau hanya faktor fundamental dan kebijakan ekonomi, tidak akan sedrastis itu," papar Dradjad.

Menurut Dradjad, jungkir baliknya rupiah dalam skala besar dan waktu singkat itu hanya bisa dijelaskan dengan satu kata: manipulasi. "Ada oknum yang memanipulasi kurs rupiah," kata dia.  Dradjad pun meminta Presiden Joko Widodo segera memerintahkan penyelidikan terhadap oknum-oknum yang diduga terkait jungkir baliknya rupiah.

No comments:

Post a Comment