Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) hari ini turun sangat dalam terhadap rupiah. Banyak spekulan yang terpaksa menjual rugi alias cut loss dolar AS. Deputi Gubernur Senior BI mengatakan, Mirza Adityaswara, mengatakan situasi di pasar keuangan dalam negeri saat ini makin membaik. Ada faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.
"Eksternal itu adalah angka-angka dari ekonomi AS yang memang sedikit ada pelemahan, terutama diemployment (tenaga kerja). Lalu ada konsekuensi dari kenaikan suku bunga yang mulai bergeser," katanya saat jumpa pers di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (7/10/2015). Awalnya banyak pelaku pasar yang memprediksi suku bunga The Fed naik di Oktober atau Desember tapi ternyata prediksinya berubah hingga ke triwulan I atau II tahun depan.
"Ini membuat pasar keuangan terjadi pembalikan. Jadi para spekulan yang beberapa bulan sebelumnya sudah beli dolar lebih awal, kini lakukan cut loss," jelasnya. Akibatnya, rupiah pun semakin menguat. Fenomena pelemahan dolar AS ini, kata Mirza, terjadi di negara-negara berkembang lain, termasuk Malaysia yang ringgitnya sudah berdarah-darah.
"Sementara faktor internal adalah respons postif pasar dari komitmen pemerintah yang sudah lakukan deregulasi. Paket I, II, III yang sudah dikeluarkan memang disambut positif," katanya. Paket ekonomi tersebut, kata Mirza, menunjukkan komitmen pemerintah dan BI dalam melakukan reformasi ekonomi. Dalam jangka panjang, untaian paket kebijakan itu akan bisa menurunkan inflasi.
"Selain itu dalam jangka menengah panjang akan menambah suplai valas di Indonesia," tambahmnya. Dolar Amerika Serikat (AS) hari ini loyo, jatuh hingga ke kisaran Rp 13.600-an. Banyak orang melepas dolar AS sebelum harganya turun semakin dalam. Akibatnya, pusat penukaran uang dan valuta asing (valas) alias money changer pun diserbu nasabah. Salah satunya di VIP Money Changer di Menteng, Jakarta Pusat.
"Sampai sore ini sudah masuk 1.000 orang," kata salah satu petugas bernama Anto. Dari pantauan , nomor antrean di money changer tersebut sudah lebih dari 800. Tepantau ruangan money changer dipenuhi oleh para penukar uang yang mengantre. Bahkan, saking banyaknya orang membuat kursi yang disediakan di dalam ruangan ini pun tidak mencukupi. Alhasil, banyak nasabah yang terpaksa duduk di lantai.
"Karena kayaknya mulai dari kemarin dolar sudah melemah dan tidak di level Rp 14.000, ini juga diikuti mata uang lain kayak euro, dolar Singapura. Sore ini saja (dolar AS) sudah di posisi Rp 13.780," katanya. Pada perdagangan hari ini, dolar AS sempat menyentuh titik terendahnya di Rp 14.689. Hari ini tidak hanya pasar valuta asing (valas) saja yang ramai, tapi juga pasar surat utang alias obligasi.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan imbal hasil alias yield dari surat utang pemerintah di pasar turun dari 10% menjadi 8,4%. "Jadi kalau turun itu bagus. Ongkos pembiayaan pemerintah untuk APBN juga turun. Jadi ini membaik," katanya saat jumpa pers di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (7/10/2015). Ia mengatakan, hal ini terjadi berkat paket kebijakan I dan II yang sebelumnya sudah dikeluarkan pemerintah. Tambahan paket yang dirilis hari ini juga diperkirakan bisa memberikan sentimen positif.
"Kami sangat mengapresiasi komitmen pemerintah untuk mereformasi kebijakan ekonomi. Kebijakan kami di paket II untuk valas di pasar spot dan forward ini sudah berdampak positif," katanya. Contoh nyatanya adalah sudah banyak orang yang akhirnya melepas dolar AS yang selama ini dipegang untuk spekulasi. "Dampak positifnya adalah orang-orang sudah mulai jual dolar-dolarnya yang kemarin menumpuk," ucapnya. Dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih akan terus melemah terhadap rupiah sampai akhir tahun ini.
Mata uang Paman Sam tersebut akan stabil di posisi Rp 13.800 di akhir tahun 2015. Demikian dikatakan Analis OSO Securities Supriyad. Siang ini, dolar AS sudah mencapai level Rp 13.880. "Akhir tahun dolar AS bisa turun ke Rp 13.800," katanya. Supriyadi menjelaskan, kondisi penguatan rupiah tersebut tak lain karena adanya keyakinan dari para investor jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) tidak jadi menaikkan tingkat suku bunganya di tahun ini.
Sentimen positif tersebut akan mendorong penguatan rupiah atau pelemahan dolar AS ke level Rp 13.800 dengan asumsi stabilitas market luar negeri terjaga dan penyerapan anggaran pemerintah bisa dicapai sesuai target. Namun, kata Supriyadi, dolar AS akan kembali menguat jika bank sentral AS The Fed ternyata menaikkan tingkat suku bunganya di tahun ini. Naiknya suku bunga AS bisa mengerek dolar AS ke level Rp 14.300 di akhir tahun.
"Kalau Fed fund rate tahun ini naik, dola AS menguat lagi, bisa sampa Rp 14.300," ujar Supriyadi.
No comments:
Post a Comment