Bank Indonesia (BI) merilis penjualan eceran (ritel) pada Agustus 2015 melambat seiring dengan lemahnya daya beli konsumen. Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Agustus 2015 yang tercatat sebesar 176,7 atau tumbuh 5,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan 8,5 persen (yoy) pada Juli 2015.
Menurut survei bank sentral, perlambatan pertumbuhan penjualan eceran didorong oleh menurunnya penjualan kelompok barang lainnya, terutama produk sandang diikuti kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta kelompok barang budaya dan rekreasi. Penurunan ini diduga akibat kembali normalnya permintaan masyarakat pasca hari raya Idul Fitri. Disamping itu melambatnya perekonomian ditengarai menjadi penyebab utama penurunan pertumbuhan penjualan eceran pada Agustus 2015.
Secara regional, pertumbuhan penjualan eceran terendah terjadi di Semarang sebesar -29,2 persen (yoy). Kendati demikian, BI memperkirakan penjualan eceran meningkat pada September 2015. Kondisi itu tercermin dari perkiraan IPR September 2015 sebesar 176,8 atau tumbuh 6,0 persen (yoy).
"Peningkatan pertumbuhan penjualan eceran diperkirakan terjadi pada mayoritas kelompok barang," jelas BI dalam surveinya, dikutip Jumat (8/10). Survei BI juga mengindikasikan bahwa akan terjadi tekanan kenaikan harga pada November 2015 diperkirakan meningkat.
Indikasi ini terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang yang tercatat sebesar 151,4, meningkat dibandingkan 132,1 pada bulan sebelumnya. Peningkatan tekanan kenaikan harga tersebut diperkirakan bersumber dari kenaikan harga barang di tingkat distributor seiring dengan kekhawatiran terganggunya distribusi barang akibat faktor cuaca dan depresiasi nilai tukar Rupiah.
No comments:
Post a Comment