Aksi beli pelaku pasar terhadap saham-saham pilihan menjelang rilis laporan keuangan emiten membuat indeks saham mempertahankan laju positifnya. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan sesi pertama hari ini menguat 21,13 poin (0,4 persen) ke level 5.363,65. Bervariasinya sentimen regional tidak menghalangi IHSG untuk terus mencatat rekor tertingginya pada perdagangan hari ini, Senin, 9 Februari 2015.
Analis dari PT KDB Daewoo Securities Indonesia, Betrand Raynaldi, mengatakan pelaku pasar menantikan rilis kinerja pendapatan perusahaan pada kuartal keempat 2014 yang akan dirilis pada Februari-Maret 2015. "Meskipun secara umum pendapatan perusahaan tidak akan terlalu baik, pasar masih optimistis dengan langkah-langkah kebijakan ekonomi ke depan."
Keyakinan ini, menurut Betrand, telah mendorong IHSG memecahkan rekor all-time high pada pekan lalu pada level 5.342. Selama sepekan, investor asing juga mencatat pembelian bersih Rp 2,5 triliun atau yang terbesar selama tahunyear-to-date. Meski demikian, Betrand menyarankan investor lebih bersikap konservatif karena kenaikan IHSG ini berpotensi memasuki area jenuh beli. Kondisi eksternal yang masih rapuh dan kondisi pengetatan moneter di dalam negeri berpotensi menimbulkan perlambatan ekonomi. "Kami memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia tahun 2015 berada pada kisaran 5,4 persen."
Saham yang mendorong laju indeks hari ini antara lain Matahari Putra Prima (MPPA), Bank Mandiri (BMRI), Bank BRI (BBRI), dan Telkom Indonesia (TLKM). Saham yang berpindah tangan mencapai 2,8 miliar lembar senilai Rp 3,2 triliun. Investor asing mencatat pembelian bersih Rp 68 miliar.
Bursa regional bervariasi cenderung melemah. Hingga pukul 12.00 WIB, indeks Hang Seng terkoreksi 0,46 persen, Nikkei 225 menguat 0,15 persen, Strait Times melemah 0,18 persen, indeks Kospi Korea melemah 0,29 persen, dan indeks Bombay melemah 1,07 persen.
Penguatan kurs dolar di pasar global kembali menjadi penekan rupiah hari ini. Di transaksi pasar uang pada saat jeda siang ini, rupiah melemah 23 poin (0,19 persen) ke level 12.643 per dolar Amerika. Rupiah melemah seiring dengan koreksi yang terjadi pada mata uang Asia lain.
Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, menduga pelaku pasar kembali bersikap hati-hati menjelang rilis survei job opening di Amerika esok hari. "Survei ketersediaan lapangan kerja ini menjadi salah satu indikator penentuan kebijakan bank sentral Amerika (The Fed)."
Survei ketersediaan lapangan kerja di Amerika bulan Desember diperkirakan tumbuh 3,4 persen dibanding sebelumnya, 3,3 persen. Pertumbuhan data lapangan kerja di AS lebih baik dibanding periode sebelum krisis 2007. Selain itu, investor juga menunggu data-data penting Amerika yang lain, seperti jobless claim, data penjualan retail AS, serta data keyakinan konsumen Amerika. Ekspektasi positif atas data-data konsumen juga turut memicu aksi beli dolar.
Lana berharap rilis data cadangan devisa Januari 2015 yang meningkat ke US$ 114,2 miliar dari bulan sebelumnya pada angka US$ 111,8 miliar mampu menahan gempuran dolar. Posisi cadangan devisa ini bisa membiayai 6,8 bulan impor. "Posisi cadangan devisa ini semestinya bisa memberikan tenaga bagi rupiah," ujarnya.
Hingga pukul 12.30 WIB, mata uang regional Asia cenderung melemah terhadap dolar. Won Korea melemah 0.64 persen, peso Filipina melemah 0,25 persen, dan rupee India melemah 0,57 persen. Sedangkan yuan Cina melemah tipis 0,08 persen karena tertahan data surplus perdagangan Januari 2015.
No comments:
Post a Comment