Kiprah Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono di ranah bisnis makin agresif. Berita terbaru yang membuat heboh jagat negeri ini adalah soal kolaborasi bisnisnya dengan Proton Holdings Berhad (Bhd) asal Malaysia.
Tanpa diduga, mantan petinggi Badan Intelijen Negara ini langsung merambah bisnis otomotif yang selama ini dikuasai oleh pebisnis Jepang. "Saya ingin membuat mobil made in Indonesia," kata Hendropriyono seperti dikutip, akhir pekan lalu.
Tudingan miring langsung mengarah ke jenderal bintang empat ini. Kedekatan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap menjadi jalan lapang Hendropriyono untuk bisa berkibar di ranah bisnis.
Sayang, purnawirawan jenderal bintang empat ini belum mau memberikan penjelasan panjang terkait ekspansi bisnisnya selama ini. "Nanti kita ketemu lebih lanjut," ucapnya.
Namun bila melihat ke belakang, karier Hendropriyono di ranah bisnis terbilang berjalan setelah pensiun dari dunia intelijen. Menurut situs Hendropriyono Corporation Indonesia, karier pria ini bermula dari kantor hukum yang bernama Hendropriyono dan Law Office di 2001. Kala itu, Presiden Megawati meresmikan kantor hukumnya.
Setelah berjalan selama enam tahun, nama Hendropriyono dan Law Office berganti menjadi Hendropriyono and Associates. Satu tahun kemudian, tepatnya pada 2006, nama Hendropriyono and Associates berubah lagi menjadi Hendropriyono Corporation Indonesia.
"Grup usaha yang membawahi beberapa anak usaha yang kuat di bidangnya," tulis situs tersebut. Kalimat yang terpatri di situs tersebut ada benarnya. Tercatat ada perusahaan yang terbilang cukup kuat dari sisi permodalan.
Salah satunya adalah PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK), yang sebelumnya bernama PT Duta Graha Indah Tbk dan menjadi pemenang tender dalam proyek wisma atlet Hambalang, Bogor. Di perusahaan konstruksi tersebut, kini Hendropriyono duduk sebagai komisaris utama.
Berdasarkan laporan Nusa Konstruksi per 30 September 2014, pendapatan perusahaan ini mencapai Rp 1,53 triliun dengan laba bersih Rp 54,16 miliar. Adapun total aset di periode yang sama mencapai Rp 1,91 triliun.
Satu perusahaan lain yang dikomandoi Hendropriyono adalah Mega Maroci Lines, perusahaan jasa pelayaran di minyak dan gas bumi (migas). Di sini, Hendropriyono memegang jabatan presiden direktur. Adapun komisarisnya adalah Ilham Bintang.
No comments:
Post a Comment