Dewan Komisione Badan Penjamin Simpanan, Fauzi Ichsan, memprediksi rupiah akan terus melemah. "Semester I, saya prediksi akan menembus level 13 ribu dan pada semester II akan menembus level 12.500," kata Fauzi di Jakata, Kamis, 12 Februari 2015.
Fauzi mengatakan dari sisi internal, turunnya harga minyak dan komoditas masih mengambil andil melemahnya rupiah. Lemahnya rupiah juga dipengaruhi oleh neraca berjalan yang defisit. Neraca defisit terjadi, karena impor yang semakin berat karena target pertumbuhan tinggi yang dipatok pemerintah. Sedangkan ekspor yang mengandalkan komoditas harganya jatuh. "Satu-satunya cara adalah menekan pertumbuhan dengan suku bunga yang tinggi," ujar Fauzi.
Dari sisi eksternal, pulihnya perekonomian Amerika Serikat masih menjadi momok utama pelemahan nilai tukar rupiah. Selain pulih, akses energi yang murah juga dimanfaatkan Amerika Serikat untuk memproduksi minyak. Jika Amerika sudah swasembada (pada 2030), harga minyak dipastikan akan susah naik," katanya.
Juru bicara Bank Indonesia Pieter Jacobs juga mengatakan pelemahan juga terjadi karena manuver Uni Eropa terhadap utang Yunani. Rupiah kemarin sempat bergerak ke level 12.850 sebelum akhirnya intervensi Bank Indonesia membawanya kembali di posisi 12.800 per dolar Amerika Serikat. Dalam penutupan transaksi pasar uang kemarin, rupiah akhirnya ditutup melemah 79 poin (0,62 persen) ke level 12.802 per dolar AS.
Kurs rupiah terhadap dolar melemah ke level terendahnya tahun ini akibat situasi krisis di Yunani dan minimnya katalis dari dalam negeri. Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah ditutup melemah tajam 79 poin (0,62 persen) ke level 12.802 per dolar Amerika Serikat.
Ekonom PT Bank International Indonesia Tbk, Juniman, mengatakan rupiah kembali tertekan oleh faktor eksternal. Ketidakpastian nasib dana talangan Yunani membuat dolar bergerak menguat terhadap semua mata uang, termasuk rupiah. "Rupiah sempat bergerak liar ke level 12.850 per dolar pada intraday perdagangan sebelum akhirnya intervensi Bank Indonesia menggiring rupiah ke level 12.800 per dolar."
Krisis utang Yunani memasuki babak baru setelah perundingan antara pejabat keuangan Yunani dan Uni Eropa kembali menemui jalan buntu. Yunani berkeinginan mendapat persyaratan pelunasan utang yang mudah dan mengajukan utang tambahan senilai 8 miliar euro. Yunani juga meminta pencairan dana sebesar 1,9 miliar euro dari keuntungan Bank Sentral Eropa (ECB) memegang surat utang pemerintah Yunani.
Proses negosiasi masih akan dilakukan pada hari kedua pertemuan dengan melibatkan pejabat tertinggi kedua pihak di Brussel, Belgia, Kamis, 12 Februari 2015, waktu setempat. "Pelaku pasar masih berharap ada solusi dari krisis Yunani," kata Juniman. Hingga pukul 17.00 WIB, mata uang Asia cenderung melemah terhadap dolar. Won Korea turun 1,22 persen, baht melemah 0,14 persen, yuan melemah 0,05 persen, rupee melemah 0,03 persen, dan peso Filipina menyusut 0,09 persen.
No comments:
Post a Comment