Survei Harga Properti Residensial triwulan IV 2014 Bank Indonesia mengindikasikan peningkatan pertumbuhan harga hunian di pasar primer. Hal ini tercermin dari indeks harga properti residensial triwulan IV yang tumbuh 1,54 persen dari kuartal sebelumnya. Kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe besar (di atas 70 meter persegi) yang tumbuh 1,68 persen.
Tiga penyebab utama kenaikan harga tersebut adalah kenaikan harga bahan bangunan, bahan bakar minyak, dan upah pekerja. Namun bank sentral menyatakan kuatnya basis ekonomi pada sektor jasa, perdagangan, serta industri minyak, batu bara, dan gas berhasil menjaga tingginya permintaan akan rumah hunian.
Alhasil, meski harga terus melambung, volume penjualan properti residensial masih positif. Volume penjualan properti residensial pada triwulan IV 2014 tumbuh 40,07 persen dari kuartal sebelumnya. Perkembangan ini sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap hunian dan masih positifnya pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR).
Peningkatan pertumbuhan penjualan properti residensial terlihat pula dari meningkatnya penyaluran kredit perbankan terhadap sektor properti. Pada triwulan IV 2014, total KPR tercatat Rp 314,6 triliun atau tumbuh 1,68 persen dari kuartal lalu. Khusus pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan untuk masyarakat bawah sepanjang 2014 mencapai Rp 4,65 triliun; melebihi target Rp 4,5 triliun.
Kalau dihitung secara tahunan, pertumbuhan harga properti residensial sebenarnya melambat. Pertumbuhan harga properti residensial secara tahunan tercatat sebesar 6,29 persen, melambat dibandingkan kenaikan harga pada triwulan III sebesar 6,53 persen. Dilihat berdasarkan tipe rumah, perlambatan kenaikan harga terjadi pada rumah kecil dan menengah.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa 61,97 persen pengembang menggunakan dana internal sebagai sumber pembiayaan usahanya. Sedangkan sumber pembiayaan konsumen masih didominasi pembiayaan perbankan. Sebanyak 72,2 persen responden mengaku masih memanfaatkan KPR sebagai fasilitas pembiayaan, khususnya untuk rumah tipe kecil.
Pemerintah mempercepat pelaksanaan program pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) tahun ini. Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan pemerintah menargetkan pembangunan 22 twin block rusunawa pada 2015. Menurut Mardiasmo, pembangunan tersebut merupakan program pemerintah yang bertujuan menyediakan rumah susun sederhana yang disewakan kepada warga perkotaan yang tidak mampu membeli rumah atau masyarakat yang hendak menetap di kota untuk sementara waktu. “Misalnya mahasiswa dan pekerja temporer," katanya seperti dikutip dari situs Kementerian Keuangan, Rabu, 11 Februari 2015.
Rencana pembangunan rusunawa tersebut didasari oleh belum terpenuhinya kebutuhan rumah masyarakat, khususnya yang berpendapatan rendah. Pemerintah memperkirakan angka kebutuhan rumah golongan masyarakat tersebut 800 ribu hingga 1 juta unit per tahun. Namun, lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pemerintah hanya mampu membiayai pembangunan 200-300 ribu rumah per tahun.
Mardiasmo mengungkapkan, sampai 2015, Indonesia masih kekurangan 15 juta rumah. “Dalam rentang empat tahun, terdapat kenaikan kurang-lebih 1,45 juta unit dari data backlogperumahan sebesar 13,65 juta pada 2010,” ucapnya. Peningkatan kebutuhan rumah tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang cukup pesat.
Kekurangan rumah lazim terjadi di negara-negara berkembang, sehingga diperlukan terobosan untuk menanggulangi masalah ini. Dengan begitu, kekurangan rumah dapat diatasi dengan tepat dan cepat. “Sebab, kebutuhan perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi dengan lebih baik,” katanya.
No comments:
Post a Comment