Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, mengatakan indeks menguat setelah jumlah cadangan devisa bulan Januari meningkat ke level US$ 114,2 miliar dibanding bulan sebelumnya yang berada pada kisaran US$ 111,8 miliar. "Menguatnya struktur devisa kita mendorong pelaku pasar untuk melakukan akumulasi beli."
Saham-saham berkapitalisasi besar menjadi penggerak laju indeks. Saham Bank Mandiri menguat 3,1 persen ke Rp 11.700 per lembar, saham Telkom Indonesia naik 1,1 persen ke Rp 2.860 per lembar, dan saham Bank BRI menguat 0,2 persen ke Rp 11.675 per lembar saham. Investor asing mencatat pembelian bersih Rp 364 miliar.
Meski telah mencatat rekor baru, Lanjar menduga indeks selanjutnya akan bergerak stagnan. Sebab, kondisi bursa regional Asia sedang tidak begitu bagus setelah data nilai ekspor Cina bulan Januari turun 3,3 persen dibanding bulan sebelumnya dan impor melemah drastis 19,9 persen. "Turunnya nilai perdagangan menandakan aktivitas ekonomi di Cina semakin melambat," ujar Lanjar.
Karena itu, ia meminta pelaku pasar mewaspadai aksi ambil untung pada perdagangan berikutnya. "Saham konstruksi sudah mengalami tekanan jual, waspadai tekanan ini berlanjut ke saham-saham perbankan," kata Lanjar.
Bursa regional Asia cenderung melemah hingga pukul 17.00 WIB. Indeks Hang Seng melemah 0,6 persen, indeks Strait Times terkoreksi 0,39 persen, dan bursa India melemah 1,78 persen. Aksi beli investor pada saham-saham perkebunan memicu indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak positif sepanjang perdagangan hari ini. IHSG pun menutup perdagangan akhir pekan dengan menguat 62,62 poin (1,19 persen) ke level 5.342,52.
Saham AALI melompat tinggi 8,0 persen menjadi Rp 26.400 per lembar saham, sementara LSIP naik 4,6 persen ke level Rp 1.950 per lembar saham. Kenaikan signifikan harga minyak sawit mentah dunia (Crude palm oil/ CPO) ke level RM 2.312 per ton, membuat investor semakin optimistis mengakumulasi saham perkebunan.
Kepala riset PT. First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan kenaikan harga tersebut memang akhirnya semakin mendorong daya tarik emiten perkebunan. Sebab, setelah sebelumnya didukung kebijakan pemerintah yang menaikkan subsidi biodiesel dan bioethanol, hal itu kian membangun ekspektasi peningkatan kinerja emiten perkebunan. “Kebijakan subsidi biodiesel dan bioethanol melengkapi alasan pembelian saham perkebunan,” ucapnya.
Investor asing berhasil mencatatkan pembelian bersih (Nett buy) secara signifikan sebesar Rp 1,188 triliun. Menurut David, meredanya kecemasan terhadap krisis keuangan Yunani disinyalir mempengaruhi perilaku investor dalam melakukan pembelian saham.
No comments:
Post a Comment