Meskipun populasi jutawan dan kalangan ultrakaya (ultra high net worth individuals atau UNHWI) Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, namun jumlah pusat belanja mewah yang merepresentasikan gaya hidup mereka tak bertambah. Menurut Wealthinsight, medio 2009-2013 pertumbuhan jutawan dan UNHWI Indonesia melonjak 62 persen. Lebih banyak ketimbang kalangan tajir India yang hanya bertumbuh 28,4 persen pada periode yang sama.
Per tahun 2013, negara ini punya sebanyak 36.215 jutawan dengan nilai kekayaan kolektif mencapai 230 miliar dollar AS atau setara Rp 2.915 triliun. Jumlah mereka bakal membengkak pada 2018, menjadi 51.003 orang dengan kekayaan kolektif menjadi 336 miliar dollar AS atau ekuivalen Rp 4.258 triliun. Nilai kekayaan dalam tiga tahun mendatang ini lebih tinggi 32,3 persen ketimbang 2013.
Dari total populasi tersebut, sebanyak 55 persen atau 19.954 orang di antaranya, tinggal diJakarta. Sementara 2,7 persen atau 974 orang berdomisili di Bandung. Selebihnya tersebar di beberapa kota di Indonesia.
Menariknya, meskipun Wealthinsight telah memprediksi populasi jutawan dan UNHWI Indonesia yang tinggal di Jakarta bakal berlipat ganda 33,7 persen, namun pasokan pusat belanja mewah sebagai representasi gaya hidup dan eksistensi mereka justru diametral.
Dalam catatan Savills PCI, pusat belanja kategori mewah atau high end di Indonesia hanya ada lima, dan seluruhnya terkonsentrasi di Jakarta. Kelima pusat belanja mewah tersebut adalah Plaza Indonesia, Grand Indonesia, Pacific Place, Plaza Senayan, dan Senayan City. Total luasnya sekitar 427.466 meter persegi.
Meski tak bertambah, menurut Director Retail Savills PCI, Rosaline Stella Lie, peritel mewah internasional justru semakin meminati pasar Indonesia. Sebut saja butik Stella Mc Cartney, yang akan buka di salah satu mal mewah tersebut. Beberapa brand lain sebut saja Hermes, Cartier, Bottega Veneta, Hugo Boss bahkan meminati untuk melakukan ekspansi.
"Sayangnya ruang (space) kosongyang tersedia justru tak ada. Pasalnya, untuk mengembangkan pusat belanja mewah bukan perkara mudah. Butuh desain bangunan yang detail dan berkualitas tinggi, pengelolaan profesional bertaraf internasional, dan juga mampu mendatangnya penyewa-penyewa yang membawa merek eksklusif sekaligus mewah," tutur Rosaline, Rabu (11/2/2015).
Jadi, lanjut dia, tak mengherankan jika pasokan pusat belanja super-eksklusif di Indonesia hingga 2018 mendatang nihil. Sebaliknya dengan populasi pusat belanja premium, menengah atas, dan menengah bawah, akan terus bertambah seiring meningkatnya kalangan kelas menengah berdaya beli tinggi.
"Akibatnya, merek-merek premium macam Louis Vuitton, Burberry, Balenciaga, Yves Saint Laurent, Hugo Boss, Michael Kors, Toni Dress, Rolex, Tag Heuer dan Victoria's Secret, mulai berani mengalihkan ekspansinya ke daerah seperti Surabaya. Ini karena Surabaya juga punya pusat belanja yang tak kalah bagus dengan Jakarta. Selain itu, banyak juga kalangan dengan buying power tinggi," pungkas Rosaline.
No comments:
Post a Comment