Beberapa laporan kinerja emiten yang mengecewakan sepanjang kuartal I 2015 membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi selama 3 hari belakangan. Bahkan pada sesi perdagangan Rabu (29/4) kemarin IHSG ditutup terkoreksi dan turun sebesar -136 poin (2,61 persen) dan bergerak di level 5.015-5.237.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi buruknya kinerja beberapa emiten besar pada tiga bulan pertama tahun ini. Salah satunya adalah adanya ekspektasi investor yang berlebihan terhadap pertumbuhan ekonomi global di kuartal I.
"Tapi kami tetap meyakini kinerja emiten dan berharap terus membaik mulai kuartal II sejalan dengan perkiran semua bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkat di pertengahan tahun sehingga target perekonomian bisa dicapai. Saya tetap optimistis untuk jangka menengah panjang," kata Muliaman di Jakarta, Kamis (30/4).
Meski banyak yang memprediksi IHSG akan turun ke level di bawah 5.000, Muliaman yakin tidak akan ada reaksi berlebihan dari para pelaku pasar karena fenomena seperti ini sudah biasa terjadi pada kuartal I. "Saham yang diperjual belikan kan tergantung kinerja emiten. Kalau emiten baik pasti harga saham baik. Apalagi kalau didukung fundamental yang baik," katanya.
Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil tidak mau ambil pusing atas melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa hari terakhir. Menurutnya, terkoreksinya indeks saham hanya gejala sesaat yang dipengaruhi oleh sentimen negatif perlambatan ekonomi global. “(Terkoreksinya indeks saham) itu kan kalau di pasar modal adalah gejala sesaat yang harus kita lakukan adalah apa yang menjadi concern dari para investor,” kata Sofyan ketika ditemui di kantornya, Kamis (30/4).
Menurut Sofyan, yang dapat dilakukan pemerintah adalah mempercepat realisasi anggaran, pemberian insentif investasi, serta melakukan reformasi struktural. Dampak dari kebijakan-kebijakan tersebut diakui Sofyan memang tidak akan langsung terasa, tetapi untuk jangka menengah dan panjang perekonomian Indonesia akan lebih solid.
“Misal mempercepat realisasi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) supaya daya beli masyarakat melalui proyek berjalan. Dengan proyek berjalan maka daya beli masyarakat meningkat. Kemudian kita perbaiki sistem tax incentive dan lain-lain, lalu memudahkan investasi,” ujar Sofyan.
Untuk jangka pendek, Sofyan berharap dengan melemahnya bursa saham, pelaku pasar modal segera melihatnya sebagai kesempatan untuk kembali melakukan aksi beli sehingga kondisi pasar akan kembali menguat. “Yang paling penting apa yang bisa dilakukan di sini, yang within our control kalau yang di luar kita ya memang kita tidak bisa lakukan banyak,” katanya.
Sebagai informasi, IHSG hari ini kembali ditutup terkoreksi 19 poin di level 5.086. Sebanyak 167 saham naik, 143 saham turun, 67 saham tidak bergerak, dan 174 saham tidak ditransaksikan. Sentimen negatif menyelimuti pasar saham akibat kinerja sejumlah emiten yang di bawah ekspektasi pelaku pasar. Indeks Harga Saham (IHSG) mencatatkan penurunan yang cukup signifikan selama dua hari berturut-turut. Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan pemerintah akan tetap memantau kondisi pasar. “Kami akan pantau terus," ujar Bambang di kantornya, Rabu (29/4).
Bambang mengatakan memburuknya IHSG dikarenakan oleh laporan kinerja kuartal I beberapa emiten yang mengecawakan. "Kebanyakan investor yang punya ekspektasi peusahaan labanya lebih tinggi. Ternyata kuartal I banyak laba yang di bawah perkiraan jadi ya mereka mungkin tidak cocok dengan ekspektasi tersebut," ujar Bambang.
Mandiri Sekuritas mencatat, pada penutupan perdagangan Selasa (28/4), IHSG turun tipis 3,289 poin (0,06 persen) menjadi 5.242,157. Sementara indeks LQ45 turun 1,999 poin (0,22 persen) menjadi 908,650.
No comments:
Post a Comment