Sepanjang 2014 PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) membukukan laba bersih Rp 1,762 triliun, naik 4 persen dari laba bersih tahun 2013 yang tercatat mencapai Rp 1,691 triliun. EPS juga meningkat 4 persen menjadi Rp 126 miliar, dari Rp 121 miliar pada 2013.
Adapun laba bersih perusahaan Hary Tanoesoedibjo ini pada kuartal IV-2014 tersebut tercatat Rp 373 miliar, atau drop 11 persen dibanding kuartal IV-2013 yang mencapai Rp 421 miliar. “Kuartal-IV sedikit menantang bagi kami dengan pendapatan iklan menurun sebesar 7 persen, seiring dengan pengiklan yang mengurangi belanja iklan karena ketidakpastian pemilu dan perdebatan tentang kenaikan harga BBM,” terang Hary dalam keterangan tertulisnya.
Walaupun di tengah situasi sulit, lanjut Hary perseroan tetap berhasil untuk mengurangi biaya dan membukukan marjin EBITDA inti sebesar 46 persen pada kuartal-IV 2014. EBITDA inti pada kuartal-IV tercatat Rp 738 miliar, sedangkan EBITDA inti sepanjang 2014 tercatat mencapai Rp 2,779 triliun.
Laba usaha MNCN pada kuartal IV-2014 mencapai Rp 691 miliar, atau turun 13 persen dari kuartal IV-2013 yang menyentuh Rp 795 miliar. Adapun laba usaha MNCN sepanjang 2014 tercatat Rp 2,604 triliun, atau naik 2 persen dari 2013 yang mencapai Rp 2,560 triliun. Total pendapatan konsolidasi pada kuartal IV-2014 tercatat Rp 1,622 triliun atau turun 9 persen dari kuartal IV-2013 yang sebesar Rp 1,774 triliun.
PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) mencetak pendapatan iklan sebesar Rp 5,72 triliun Padahal di tahun sebelumnya MNCN membukukan pendapatan iklan sebesar Rp 5,351 triliun. "Iklan itu peningkatannya 7 persen. Kalau kita keluarkan dampak Euro Cup, iklan itu naik 10 persen," ungkap Direktur MNCN, Jarod Suwahjo, dalam paparan kinerja, di Jakarta.
Tanpa memasukkan dampak Euro Cup, pendapatan iklan MNCN sebesar Rp 5,188 triliun. Jarod mengatakan, beberapa faktor yang membuat pertumbuhan pendapatan iklan hanya 7 persen, jauh di bawah pertumbuhan industri iklan yang sebesar 15 persen.
Pertama, sebut Jarod, adanya pengurangan subsidi bahan bakar minyak. Pengurangan subsidi berdampak terhadap inflasi. "Itu terjadi sebelum bulan puasa, sehingga ada dampak sedikit dari pembelian iklan," sebutnya.
Adapun faktor kedua, lanjut Jarod adalah adanya faktor isu berhentinya quantitative easing, yang berdampak pula terhadap nilai tukar mata uang asing. "Ada sedikit penurunan iklanoverseas. Tapi iklan dari domestik masih ada, termasuk iklan politik, bahkan dari luar Hanura," imbuhnya.
Sementara itu, untuk tahun ini, MNCN mematok pertumbuhan iklan sebesar 16-20 persen. Jarod menambahkan, MNCN optimistis tetap menguasai pangsa pasar iklan. Dia memperkirakan tahun ini MNCN akan menguasai hingga 45 persen kue iklan. Sebagai informasi, pada tahun lalu, dari 10 stasiun nasional, tiga stasiun tivi MNCN yakni MNCTV, RCTI, dan GlobalTV, menguasai 40 persen kue iklan nasional.
Sepanjang 2014, total pendapatan konsolidasi meningkat 2 persen menjadi Rp 6,666 triliun dari Rp 6,522 triliun pada periode yang sama tahun 2013. Sementara itu beban langsung pada kuartal IV-2014 sebesar Rp 685 miliar, turun 17 persen dari periode sama 2013 yang sebesar Rp 826 miliar. Dan beban langsung sepanjang 2014 mencapai Rp 2,813 triliun atau turun 1 persen dari periode tahun 2013 yang sebesar Rp 2,851 triliun. Penurunan ini dikarenakan adanya pengurangan biaya produksi hasil dari peningkatan produksi internal
No comments:
Post a Comment