Tuesday, April 21, 2015

Komposisi Bursa Efek Indonesia Tidak Ideal Sebabkan Transaksi Tidak Kreatif

Bursa Efek Indonesia mengakui jika komposisi investor di pasar modal Indonesia saat ini tidak ideal. Pasalnya, hingga saat ini dominasi investor institusi dinilai membuat perdagangan kurang atraktif dan likuid. “Kalau menurut saya, idealnya pasar modal itu didominasi oleh investor ritel atau individu. Karena bisa benar-benar atraktif dan likuid dan lebih merepresentasikan kondisi ekonomi masyarakat,” ujar Uriep Budhi Prasetyo, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan di Jakarta, Rabu (22/4).

Dia menjelaskan, jika melihat komposisi, sebaiknya harus lebih kuat investor ritel. Pasalnya sifat investasi investor institusi adalah jangka panjang.  Menurutnya, investor institusi juga cenderung mengejar dividen. “Memang ada sebagian kecil institusi yang aktif melakukan trading, tetapi lebih banyak ritel yang melakukan,” tutur Uriep.

Lebih lanjut, Uerip mengatakan saat ini nilai transaksi harian sudah mencapai Rp 6,4 triliun per hari. Dia menyatakan hal itu semakin mendekati target Bursa Efek Indonesia pada tahun ini, di level Rp 7 triliun per hari. Seperti diketahui, kepemilikan saham di Indonesia masih didominasi oleh investor institusi dibandingkan dengan investor ritel. Hal itu membuat aktivitas transaksi investor institusi jadi tolak ukur perdagangan saham. (Baca: Bursa Saham Indonesia Masih Dikuasai Investor Institusi)

Per akhir Maret 2015, persentase kepemilikan saham investor institusional di BEI masih cukup dominan sebesar 73,14 persen. Sehingga, aktivitas transaksi investor institusi telah menjadi salah satu tolak ukur bagi investor ritel dalam bertransaksi. Investor ritel mewakili individu atau orang perorangan, sedangkan institusi mewakili perusahaan, baik perusahaan yang bergerak di bidang investasi, pengelolaan dana, ataupun perusahaan yang berinvestasi di saham.

Bursa Efek Indonesia menyatakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan minat investor, baik institusi maupun individu untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia Bursa Efek Indonesia menyatakan kepemilikan saham di Indonesia masih didominasi oleh investor institusi dibandingkan dengan investor individu. Hal itu membuat aktivitas transaksi investor institusi jadi tolak ukur perdagangan saham.

“Per akhir Maret 2015, persentase kepemilikan saham investor institusional di BEI masih cukup dominan sebesar 73,14 persen. Sehingga, aktivitas transaksi investor institusi telah menjadi salah satu tolak ukur bagi investor ritel dalam bertransaksi,” ujar Direktur Utama BEI Ito Warsito, Rabu (22/4).

Investor ritel mewakili individu atau orang perorangan, sedangkan institusi mewakili perusahaan, baik perusahaan yang bergerak di bidang investasi, pengelolaan dana, ataupun perusahaan yang berinvestasi di saham. Ito menyatakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan minat investor baik institusi maupun individu untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Demi meningkatkan jumlah investor maupun likuiditas perdagangan efek di pasar modal Indonesia, serangkaian sosialisasi terus dilakukan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menyelenggarakan berbagai program pengembangan pasar modal baik yang melibatkan investor insitusi maupun investor individu.

Ito mengatakan, BEI kembali menyelenggarakan Institutional Investor Day 2015. Berlangsung selama 2 (dua) hari pada 22-23 April 2015, acara ini bertujuan untuk menempatkan BEI sebagai fasilitator untuk mempertemukan investor institusi, analis anggota bursa, dan para manajer investasi dengan 16 emiten terpilih.

“Melalui acara ini diharapkan akan meningkatkan kualitas kepercayaan dan pemahaman mereka terhadap perkembangan bisnis para emiten,” kata Ito. Menurut Ito, tujuan lain dari acara Institutional Investor Day 2015 adalah salah satu bentuk pelayanan BEI kepada para emiten BEI dengan cara membuka akses dan hubungan yang lebih luas antara investor institusi dengan emiten, serta meningkatkan pemahaman investor institusional terhadap kinerja emiten.

“Konsep acara Institutional Investor Day 2015 memang ditujukan bagi investor institusi yang merupakan salah satu pilar utama bagi perkembangan pasar modal nasional,” katanya. Ke-16 emiten yang memberikan pemaparan di hadapan investor institusi, analis anggota bursa, dan para manajer investasi di acara Institutional Investor Day 2015 adalah: PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA).

Selain itu terdapat PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM), PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR),

Kemudian, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), PT Timah (Persero) Tbk (TINS), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), dan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA).

Institutional Investor Day 2015 rutin diadakan oleh BEI setiap tahunnya. Emiten yang telah melakukan presentasi dan konferensi pers pada acara Institutional Investor Day 2015 akan dibebaskan dari kewajiban melakukan paparan publik tahunan. “Dengan semakin meningkatnya partisipasi dan kepercayaan investor institusi dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia, diharapkan akan dapat lebih menyemarakkan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia,” kata Ito.

No comments:

Post a Comment